Monday, January 20, 2014

KAISOO || GENDERSWITCH || ONESHOT || NO TITLE

NO TITLE

MAIN CAST :
Kim Jongin
Do KyungSoo

SUPPORT CAST :
Akan bermunculan seiring berjalannya cerita

GENRE :
School-life, Romance

RATING :
T

SUMMARY :
"Sebuah kejadian yang dibilang lucu, sama sekali tak direncanakan oleh Jongin dan Kyungsoo."

|| KOTAK NYOCOT || :
Annyeong! Tanpa basa – basi, langsung baca aja ini FF. FF ini bener - bener maksa dalam proses pengetikannya-_-. Okey, Happy Reading^^

ENJOY THIS STORY
.
.
.
All is AUTHOR POV

Kyungsoo sedang berdiri di depan cermin. Ia sedang menyisir rambutnya yang panjang dan berwarna hitam itu. ia melihat pantulan dirinya di cermin. Mungkin penampilannya sudah cukup baik untuk dipandang.
Ia dan Jongin akan pergi ke salah satu tempat wahana bermain di kota ini. Hey, jangan kira mereka akan berkencan. Aku sudah mengira kalau kalian mengira mereka akan berkencan, tapi harus kalian ketahui, gadis dan lelaki itu sama sekali tak memiliki hubungan apapun.
Baiklah lupakan masalah itu, aku akan mengatakan yang sebenarnya. Hari ini Kyungsoo dan Jongin akan pergi ke wahana bermain untuk mengerjakan tugas dari Kang seongsaengnim. Ingin tahu tugas mereka? Aku harap kalian akan menertawakan ini, tugas mereka adalah bertemu dengan manager  tempat itu kemudian melakukan sebuah wawancara singkat.
Baik, kembali pada Kyungsoo yang sekarang sudah duduk di kasur empuk miliknya. Mengecek alat yang harus ia bawa nanti.

CKLEK

Pintu kamar Kyungsoo terbuka. Menampakkan seorang wanita paruh baya yang cantik dengan senyum manisnya menghampiri Kyungsoo yang sibuk memasukkan barangnya ke dalam tas.
“Kyung, apa kau akan pergi?” Tanya wanita itu, Yixing, eomma Kyungsoo.
Kyungsoo menoleh, kemudian tersenyum sejenak. “Ne, eomma. Tugas dari Kang seongsaengnim.” Jawab Kyungsoo, melanjutkan kembali kegiatannya.
Eodiga?”
“Entahlah, eomma. Aku dan Jongin masih tidak tahu akan pergi kemana.”
Yixing tersenyum nakal. “Kau akan mengerjakan tugas atau… berkencan?” Yixing mencubit ujung hidung Kyungsoo.
Kyungsoo membelalakkan matanya lucu. “Aniyo, eomma. Eomma  berbicara yang tidak – tidak saja. Hanya teman kelompok saja.
Yixing tersenyum lembut.
“Kelompok belajar untuk apa, Kyung?” Yixing menatap serius Kyungsoo yang masih sibuk mengecek barang – barangnya.
“Kang seongsaengnim menyuruh semua siswanya untuk observasi, eomma.” Jawab Kyungsoo sambil meneteng tasnya.
“Pasti tidak menyenangkan.” Yixing memicingkan matanya.
Kyungsoo tertawa. “Aku pergi eomma. Jaga dirimu baik – baik. Sampai jumpa.” Kyungsoo mengecup pipi ibunya sejenak, kemudian berlari keluar kamarnya.
Mungkin Jongin sudah menunggu didepan?

::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

Kyungsoo membuka pintu rumahnya. Ia terdiam sejenak. Jantungnya berdegup sangat kencang sekarang. Mungkin kalian akan merasakan hal seperti yang Kyungsoo rasakan.
Baiklah akan aku katakan sekarang. Di luar sana, di halaman rumah Kyungsoo, Jongin tengah menunggunya. Lelaki tampan itu berdiri menyandar pada mobil sport mewah miliknya. Puas? -_-
Kita kembali pada Kyungsoo.
Kyungsoo masih berada di posisi awalnya. Terdiam, sambil menatap kagum Jongin yang berada di halaman rumahnya. Jongin menjemputnya! Astaga, rasanya Kyungsoo ingin pingsan saja sekarang. Bagaimana tidak?! Seorang namja tampan yang disebut – sebut sebagai pangeran sekolah, yang selalu dielu – elukan oleh para yeoja ―kecuali Kyungsoo, karena ia hanya menanggap itu adalah hal biasa saja― menjemputmu langsung dirumah.
Kyungsoo bahkan menarik kata – katanya sendiri kali ini. Jongin benar – benar tampan. Dengan pakaiannya yang khas remaja, jaket baseball (?) berwarna hitam dan putih, kaos polos berwarna merah sebagai dalamannya, celana jeans hitam, sepatu berwarna putih, dan juga rambutnya yang ditata keatas dengan rapi. Ah, jangan lupa kacamata hitam yang bertengger (?) dihidung mancungnya. Kyungsoo benar – benar terpesona dengan Jongin.
Pikiran fiksi Kyungsoo seketika membuyar setelah Jongin menoleh padanya. Lelaki itu melepas kacamata hitamnya. Tatapan matanya yang tajam kini terlihat menatap Kyungsoo dengan intens.
YA! Kapan kita akan meninggalkan tempat ini jika kau terus saja melamun?!” Seru Jongin membuat Kyungsoo terhenyak kemudian berjalan menuju ke tempat Jongin berdiri.
Kyungsoo menunduk ketika sampai dihadapan Jongin. “M-Maafkan aku J-Jongin.” Kyungsoo berucap lirih. Kenapa aku harus berdandan tadi?, batinnya dalam hati. Ia merutuki kebodohannya sendiri, kenapa ia berdandan terlalu lama.
“….” Jongin terdiam.
Kyungsoo mendongak. Jantungnya lebih berdegup lagi ketika mendapati Jongin sedang menatap intens dirinya, dari atas hingga bawah.
Kedua alis Jongin bertautan. ‘Apa ia menganggap kalau aku mengajaknya berkencan?’ Jongin bertanya dalam hati. 
Lihat saja penampilan Kyungsoo. Memakai dress berwarna soft blue, rambut yang hanya digerai, dan juga sepatu flat putih yang dihiasi sebuah pita yang berwarna caramel. Cukup sederhana bukan? Lalu apa masalahnya Jongin?-_-
‘Kalau dipikir – pikir, dia cantik juga. Melebihi Krystal mungkin?’ Jongin kembali membatin dalam hati. Sambil menatap Kyungsoo.
“Jongin?” Kyungsoo mengayunkan tangannya di depan wajah Jongin.
“….”
“Jongin?” Kyungsoo menepuk pundak lelaki itu.
“Ah! Apa?” Jongin terkejut.
“Kau bilang, kita akan segera pergi? Kenapa kau melamun?” Kyungsoo memiringkan kepalanya. Manis sekali.
Jongin berdeham. “Baiklah, kajja!” Jongin berlari memasuki mobil miliknya diikuti Kyungsoo.
.
.
.
“Jongin, kita akan kemana?” Kyungsoo menolehkan kepalanya, memandang Jongin dengan raut wajah gembira.
Namun Kyungsoo langsung merubah air mukanya ketika Jongin mulai berbicara sendiri melalui headset miliknya.
Ne, arraseo. Aku akan segera pulang. Kau tenang saja.”
“….”
“Entahlah aku tidak tahu. Bukankah kita sudah berkencan,  Krystal? Dan kau ingin mengajakku kencan lagi?! Kau gila!” Jongin berseru sendiri. Mungkin ia lupa kalau Kyungsoo masih berada di sebelahnya.
“Baiklah, baiklah! Besok kita akan kencan! Kau puas?!” Jongin memutuskan sambungan teleponnya.
“Dari siapa Jongin?” Kyungsoo berucap sepelan mungkin, takut kalau Jongin akan tersulut emosinya.
Lelaki itu menoleh. “Krystal.” Jawabnya datar, kemudian fokus lagi pada jalanan didepannya.
Kyungsoo hanya mengangguk sebagai respon. Kemudian gadis itu memalingkan wajahnya pada jalanan ramai melalui kaca jendela disampingnya.
“Harusnya aku tahu kalau telepon itu dari kekasihnya. Kau bodoh Kyungsoo-ah.” Kedua kalinya. Kyungsoo merutuki kebodohannya lagi.
“Ah, ya. Kita akan ke taman hiburan yang ada didepan sana.” Jongin bersuara.
Kyungsoo tersenyum. “Ne.”
Dan setelah itu, tak ada satupun dari mereka yang membuka percakapan.

:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

“Maafkan kami Tuan, tapi Anda tidak bisa bertemu dengan manager Shin. Saat ini beliau sedang berada di Mokpo untuk rapat perusahaan.” Kata Penjaga wahana permainan itu.
“Bisa kau katakan kapan dia akan kembali?” Jongin menaikkan nada bicaranya.
“M-Maafkan saya Tuan. Tapi saya tidak tahu kapan beliau akan kembali ke Seoul. Saya mohon diri.” Penjaga wahana itu membungkukkan badannya kemudian berjalan pergi meninggalkan Jongin dan Kyungsoo yang sedang bingung.
Raut kecewa terpaut jelas di wajah keduanya. Sebenarnya, sangat sia – sia mereka datang jauh – jauh kesini. Baiklah, tapi apa mau dibuat?
“Kita tidak bisa mengerjakan tugas itu dengan cepat.” Jongin berucap datar. Kemudian lelaki itu menoleh pada Kyungsoo.
“Kau ingin pulang atau tetap disini?”
Kyungsoo mengerutkan dahinya. “Terserah padamu. Aku hanya menurut saja.” Kyungsoo tersenyum manis. Sejujurnya, ia masih ingin bersama Jongin untuk saat ini. Jadi, tidak mungkin bukan kalau Kyungsoo mengatakannya secara terus terang? Konyol~
Jongin terlihat sedang berpikir keras. “Eum, bagaimana kalau kita bermain disini? Kau mau?” Tanya Jongin dengan…… lembut.
Kyungsoo terdiam sejenak. Ia merasa kalau Jongin sedikit merubah nada bicaranya. Bukannya Kyungsoo berlebihan, tapi, ia merasa kalau Jongin sedikit lembut?
“A-Ah, boleh. Aku hanya mengikutimu saja.” Jawab Kyungsoo akhirnya. Ia sudah berusaha menetralkan detak jantungnya seperti semula. Namun, ia kalah. Jongin yang terus membuat detak jantungnya selalu berdetak tak karuan.
“Baiklah, jika kau mengikutiku, ayo temani aku bermain. Sebelum itu, akan kuajak kau membeli es krim.” Jongin menggenggam tangan mungil Kyungsoo. Kemudian menariknya lembut.
Kyungsoo yang mendapat perlakuan manis dari Jongin hanya tersenyum tertahan. Dan lagi, ia berusaha keras untuk membuat detakan jantungnya kembali normal. Sekali lagi, ia kalah.
.
.
.
.
“Selamat siang, apa ada yang bisa kubantu?” Pelayan di kedai es krim itu tersenyum ramah menyambut Jongin dan juga Kyungsoo yang baru saja mengambil tempat.
Jongin menyeringai. “Aku ingin choco cookies ice cream. Kau ingin apa?” Jongin beralih pada Kyungsoo.
Kyungsoo tersenyum tipis. “Samakan saja, agasshi.” Kyungsoo berucap pada pelayan yang berdiri disebelahnya.
Ne. dua choco cookies ice cream. Ada tambahan, sebelum kami antarkan pesanan Anda?” Pelayan itu kembali tersenyum ramah.
“Tidak ada.”
“Baiklah.”
.
.
.
“Ini Tuan. Selamat menikmati kencan Anda.” Pelayan itu berucap sambil tersenyum jahil. Sementara Kyungsoo dan Jongin saling menyembunyikan wajah mereka yang terburu memerah karena menahan malu.
“Ah, ne. jeongmal kamsahamnida.” Jongin tersenyum tipis. Kemudian pelayan itu pergi meninggalkan mereka setelah membungkukkan kepalanya.
“…..”
Hening.
Tidak ada yang berniat membuka percakapan diantara keduanya. Kyungsoo dan Jongin masih sibuk dengan pemikirannya masing – masing.
Sempat Kyungsoo lihat, Jongin sedang diam – diam menatapnya. Namun ketika Kyungsoo menatap Jongin kembali, lelaki tampan itu malah mengalihkan pandangannya. Entah pada es krimnya,  atau pada pemandangan diluar kedai.
Kyungsoo terlihat menahan senyumnya ketika melihat tingkah lucu Jongin. Menurutnya, itu terlihat seperti anak kecil berumur lima tahun. Kkkk~
“Jongin, tak usah terburu – buru begitu. Lihat, pipimu jadi kotor.” Kyungsoo berucap pada Jongin. Sementara yang diajak bicara hanya memasang wajah keheranan.
“Benarkah? Dimana?” Jongin berusaha membersihkan pipinya sendiri. Dan yup, akhirnya bersih juga. Mungkin kalian akan mengira kalau Kyungsoo yang akan membersihkan pipi Jongin, bukan? tapi maaf, Jongin sudah punya kekasih. :p
Kyungsoo terkikik.
“Setelah ini kita akan kemana?” Jongin membuka suara.
Kyungsoo menyuap es krimnya yang terakhir. “Terserah padamu. Bukankah aku hanya mengikuti saja?” Kyungsoo tersenyum sekilas.
“Baiklah, kalau begitu kita akan main semua wahana disini. Kau tidak takut bukan?” Jongin tersenyum jahil.
“Apa – apaan kau? Tentu saja tidak.” Kyungsoo menopoutkan bibirnya. Lucu sekali. Sementara Jongin hanya terkekeh.
“….”
Keadaan kembali hening. Jongin masih sibuk dengan es krimnya, lain dengan Kyungsoo yang masih berusaha menyusun kalimat yang tepat agar Jongin tidak tersinggung. Apa yang akan ia katakan?
“Eum, Jongin, boleh aku bertanya sesuatu padamu?” Kyungsoo memberanikan dirinya kali ini. ‘Semoga dia tidak murka lagi, Ya Tuhan~’
“Bertanyalah.”
Kyungsoo menghembuskan nafasnya perlahan. “Sejak kapan kau dan Krystal-ssi bersama?” Kyungsoo berucap lirih.
Jongin terdiam sejenak. “Sejak satu bulan yang lalu. Kenapa menanyakan itu?” Jongin meletakkan sendok yang ia pegang sebelumnya.
Kyungsoo menundukkan kepalanya. “M-Maafkan aku, Jongin. Aku tidak bermaksud membuatmu marah.” Kyungsoo sedikit takut dengan nada bicara Jongin yang kembali berubah dingin. Ia takut kalau saja lelaki dihadapannya tiba – tiba mengamuk. Dan tanpa menjawab apapun, Jongin langsung beranjak pergi meninggalkan Kyungsoo.

::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

Kyungsoo dan Jongin berjalan berdampingan dalam diam. Keduanya sama sekali tak berniat membuka mulut.
Kyungsoo berjalan dengan keadaan gugup bercampur dengan gusar. Ada rasa bahagia ia bisa berjalan bersama Jongin. Namun ia juga sedikit takut kalau saja Jongin kembali murka. Lelaki disampingnya itu mudah sekali merubah moodnya.
“Haruskah aku meminta maaf padanya? Aigoo~ Kyungsoo kau bodoh sekali!” Kyungsoo membatin dalam hati. Untuk ketiga kalinya, ia kembali merutuki kebodohannya sendiri. Kau sungguh aneh hari ini Kyungsoo, tidakkah kau tahu itu?!
“Eum, Jongin… Eum, maafkan aku.” Kyungsoo bergumam. Namun Jongin masih mendengarnya, lihat saja, lelaki itu merespon dengan menolehkan kepalanya pada Kyungsoo.
“Untuk apa? Kau sudah berulang kali mengucapkan kalimat itu hari ini.” Jawab Jongin dengan nada datar. Ia sudah tak memandang Kyungsoo lagi. Ingat, bukankah mereka masih berjalan?
“A-Aku hanya memastikan saja. Kau kelihatan marah begitu.” Kyungsoo mempoutkan bibirnya. Lucu sekali.
“Baiklah, baiklah.” Jongin membuang nafasnya perlahan. Hey, sepertinya ia juga sedikit salah tingkah ketika melihat wajah Kyungsoo yang begitu lucu. Setidaknya itu yang Jongin pikirkan.
Kyungsoo tersenyum lega.
“Jadi, kau ingin bermain apa, Kyungsoo-ya?” Jongin berhenti melangkah. Kyungsoo yang melihat Jongin berhenti, juga ikut berhenti berjalan.
“Eum, molla.” Kyungsoo hanya tersenyum kikuk.
Jongin berdecih. “Dasar. Baiklah, kalau begitu kita naik roller coaster! Ppalli kajja!” Jongin menarik tangan Kyungsoo. Kyungsoo hanya diam, dan mengikuti kemana Jongin berjalan.
.
.
.
Tempat roller coaster masih jauh. Kira – kira begitulah yang dikatakan oleh petugas wahana disini. Kyungsoo yang sedari tadi ditarik tangannya hanya pasrah kemana Jongin membawanya.
“Ayo cepat! Kau lamban sekali.” Jongin tertawa sejenak. Sementara Kyungsoo hanya memutar bola matanya malas. Jongin menghinanya!

“Eommaaa!! Eomma?! Eodiga?! Eommaa? Hiks.. Eomma?”

“Jongin, berhenti sebentar.” Kyungsoo ganti menarik tangan Jongin untuk menyuruhnya berhenti. Lelaki itu sedikit bingung, Kyungsoo kuat juga ruapanya.
Wae? Untuk apa berhenti?” Tanya Jongin. Kyungsoo tak menjawab pertanyaannya. Gadis itu sibuk menoleh – nolehkan kepalanya. Ia mencari sesuatu.
Ya! Kau kenapa? Ayo pergi.” Jongin mulai kesal. Moodnya tiba – tiba turun sejenak.
“Tunggu sebentar, Jongin.” Kyungsoo berucap pelan. Kemudian gadis itu berlari menghampiri seseorang. Seorang gadis kecil yang sedang menangis disudut tempat.
“Apa yang sedang kau lakukan disini, kecil?” Kyungsoo bertanya dengan lembut. Berharap gadis kecil itu tidak menangis lagi.
Gadis kecil itu mendongak menatap Kyungsoo. Matanya sembab, hidungnya merah, dan jejak airmatanya begitu jelas. “Eonnie, apa kau tahu dimana eommaku? Hiks.. Hiks..” Gadis kecil itu menangis lagi.
“Kemana eommamu, kecil? Kenapa kau disini?” Kyungsoo mendekati gadis itu.
Eomma menyuruhku untuk menunggu disini. Dan sekarang dia belum kembali. Aku takut dia meninggalkanku disini.” Gadis itu berucap lirih.
Kyungsoo memeluk gadis itu. “Gwaenchana. Ada eonnie disini. Siapa namamu, kecil?” Kyungsoo mengusap punggung si gadis kecil.
“Inkyung imnida.”
Kyungsoo tersenyum lembut kemudian melepaskan pelukannya. “Baiklah, kau ikut denganku saja. Kita bermain disini, lalu kita cari eommamu.” Kyungsoo tersenyum lebar.
Gadis bernama Inkyung itu tersenyum manis, kemudian memeluk Kyungsoo erat. “Benarkah kita akan bermain, eonnie? Benarkah?”
Kyungsoo terkekeh. “Ne. Sebaiknya kita cepat. Ada seseorang yang menunggu kita. Kajja!”

::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

Jongin melihat jam yang ia pakai dipergelangan tangan kiri miliknya. Tadi Kyungsoo meninggalkannya sebentar. Entah untuk apa.
“Kenapa lama sekali? Apa yang dia lakukan?” Gumam Jongin. Kalau saja ia sudah tidak punya malu, ia akan meluapkan kemarahannya sekarang. Tapi ini tempat umum, dan Jongin masih punya malu.
Jongin melebarkan matanya. Setelah apa yang ia lihat sekarang.
“Kau?! Kenapa ada dia?” Jongin menunjuk Inkyung yang berada di gendongan Kyungsoo yang sedang menyedot bubble tea miliknya.
“Jongin, dia ditinggal oleh ibunya. Dan kurasa, kita harus membantunya.” Kyungsoo berucap setelah menyadari perubahan raut wajah Jongin. Hhhh~ berhentilah membuatnya murka Kyungsoo.
“Apa?! Untuk apa itu harus kulakukan?! Dia bukan adikku.” Kata Jongin datar.
Kyungsoo terkikik. “Sudahlah, Jongin. Aku tidak ingin membuatmu marah lagi. Kita ajak dia bermain, lalu temukan ibunya. Ah, ya. Namanya Inkyung.” Kyungsoo berjalan mendahului Jongin.
Eonnie, apa itu namjachingu eonnie? Siapa namanya?” Inkyung bersuara.
Kyungsoo terdiam, ia bisa merasakan wajahnya memanas sekarang. “Bukan. Dia hanya temanku. Namanya Jongin.” Jawab Kyungsoo sambil tersenyum.
Inkyung mengangguk – anggukkan kepalanya. “Jongin oppa tampan. Kyungsoo eonnie sangat cocok dengannya.”
“Aku memang tampan.”
Kyungsoo terhenyak setelah Jongin menyusulnya. “J-Jongin?”
Ne. Apa yang kalian bicarakan?” Jongin memicingkan matanya. Ia sedang menginterogasi dua tersangka cantik di depannya ini. Tunggu! Cantik? Dua? Bukankah itu termasuk Kyungsoo?
Kyungsoo gelagapan. “A-Ah, bukan apa – apa. Benar begitu Inkyung-a?”Kyungsoo mencoba sesantai mungkin.
“….”
Hening.
Ketiga orang itu tak ada yang berani membuka suara.
“Jongin, apa Krystal-ssi tidak menelponmu?” Kyungsoo membuka suara. Apa yang sudah ia katakan?!
Jongin menoleh. “Tidak.”
Kyungsoo menundukkan kepalanya. “Kurasa kalian berdua saling mencintai.” Ah, Kyungsoo merutuki apa yang baru saja ia katakan.
Jongin menyeringai. “Bagaimana caranya aku bisa mencintainya jika aku tidak percaya pada cinta?” Jongin menjawab dengan nada datar.
Kyungsoo menoleh. “A-Apa?”
Jongin juga ikut menoleh padanya. “Aku tidak percaya pada cinta.” Jongin kembali menatap jalanan didepannya.
Kyungsoo terdiam. Tidak salah kalau Jongin disebut sebagai seorang bad guy di kampus. Selain seorang yang kurang disiplin, dan berandalan, ia juga seorang playboy.
“Bagaimana bisa banyak yeoja yang menyukainya?” Kyungsoo membatin dalam hati.
“Kau mungkin bisa menyebutku sebagai seseorang yang brengsek. Yah, kau bahkan tahu kalau aku hanya mengencani mereka hanya untuk kepuasan semata. Mereka benar – benar tidak tahu diri.” Jongin berucap. Ia memasukkan tangannya dalam saku jaketnya.
Kyungsoo tersenyum tipis. “Kau tidak boleh memperlakukan mereka seperti itu Jongin. Mereka adalah seorang yeoja, dan mereka akan sakit hati jika kau selalu melakukan itu padanya.” Kyungsoo menoleh lagi menatap Jongin.
“….” Jongin terdiam. Ada sesuatu di ulu hatinya yang membuat ia sedikit tertarik pada gadis bermata bulat dihadapannya.
Kyungsoo menatap pemandangan di depannya. Banyak orang lalu lalang yang bermain diwahana ini. “Aku juga seorang yeoja, dan aku mengerti bagaimana perasaan seorang yeoja saat dipermainkan oleh seorang namja.” Kyungsoo menambahkan.
Eonnie, apa kita tidak jadi bermain?” Inkyung mengerucutkan bibir tipisnya. Kyungsoo mengajaknya bermain tadi, tapi kenapa tak sampai juga?
Kyungsoo terhenyak. Ia lupa kalau ia masih bersama Inkyung. “A-Ah, baiklah. Sebentar lagi.”
Jongin menoleh kemudian tersenyum pada Inkyung. “Kau mau bermain? Mau bermain bersama oppa? Kita akan bermain di wahana ini.”
Mata Inkyung berbinar setelahnya. “Benarkah oppa?” Inkyung tersenyum lebar.
Jongin tersenyum lagi, kali ini lebih lembut. “Ne.”
Inkyung turun dari gendongan Kyungsoo kemudian berdiri di hadapan Jongin. “Yeayyy!!! Gomawo oppa~”
Jongin mengangguk kemudian menggendong Inkyung dipunggungnya.
Kyungsoo hanya mengikuti kemana Jongin pergi bersama Inkyung. Awalnya Kyungsoo-lah yang diajak bermain oleh Jongin. Namun setelah Inkyung dibawa oleh Kyungsoo, keadaan itu berbalik. Dan lihatlah, Jongin seperti seorang ayah yang sedang berbahagia bersama anaknya.
Dan itu membuat Kyungsoo tersenyum – senyum sendiri.

::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

Saat ini Jongin dan Kyungsoo sedang berjalan berdampingan menuju ke pintu keluar. Mereka sudah lelah bermain. Ah, tidak. Bukan mereka, tapi hanya Jongin dan juga Inkyung.
“Inkyung-a, kami akan mengantarmu pulang. Eommamu tidak ada disini.” Kyungsoo berucap sambil tersenyum.
“…..”
Merasa tidak ditanggapi, Kyungsoo menoleh pada Inkyung yang berada digendongan Jongin.
Aigoo~ Dia tertidur Jongin.” Kyungsoo mengusak rambut Inkyung pelan. Ah, kau bukan eommanya Kyungsoo.
Jongin menolehkan kepalanya ke belakang. “Benarkah?” Jongin menatap Kyungsoo.
Kyungsoo mengangguk. “Mungkin dia kelelahan setelah kau ajak bermain. Dia sangat senang bertemu denganmu.” Kyungsoo tersenyum manis sambil menatap Jongin.
“Ya Tuhan, perasaan apa ini?” Jongin membatin dalam hati. Ia begitu terhanyut oleh senyuman manis Kyungsoo.
Jongin terkekeh. “Benarkah? Mungkin dia menyukaiku.” Ucapnya dengan percaya diri. Sementara Kyungsoo hanya memandangnya acuh.
“Inkyung tidak akan menyukai pria sepertimu.” Kyungsoo tertawa terbahak.
“Tapi setidaknya aku tampan.”
Kyungsoo hanya mendengus. Tapi setidaknya jawaban Jongin benar. Kyungsoo juga sependapat dengannya. Apa? Sependapat? Jadi….
“Eunghh…”
Jongin dan Kyungsoo sama – sama menoleh pada Inkyung. Gadis kecil itu mencoba untuk membuka matanya perlahan.
“Inkyung-a?”
Eonnie, kita akan kemana?” Tanya Inkyung ketika ia sudah bangun sepenuhnya.
Kyungsoo tersenyum. “Kita akan pulang, kecil. Kami akan mengantarmu pulang. Mungkin eommamu tidak ada disini.” Kyungsoo berucap pelan, takut kalau saja Inkyung tiba – tiba menangis.

DAP

DAP

DAP

Omona!! Inkyung-a!! Kau dari mana saja putriku?! Eomma mencarimu.” Seorang wanita paruh baya tiba – tiba berlari menghampiri Jongin dan juga Kyungsoo.
Eomma!”
“Ya Tuhan, terimakasih anak muda. Kalian sudah menjaga putriku.” Wanita itu ternyata adalah ibu Inkyung. Cantik, sama seperti Inkyung.
Ne, ahjumma. Inkyung-a, pulanglah.” Kata Kyungsoo sambil tersenyum.
Inkyung turun dari gendongan Jongin, kemudian gadis itu berdiri dihadapan Jongin yang masih berlutut.
Oppa, hari aku sangat senang. Oppa, kalau kita bertemu lagi, aku harap oppa mau mengajakku bermain lagi.” Inkyung memasang wajah yang sangat imut.
Jongin tersenyum lembut. “Aku juga senang bertemu denganmu. Oppa akan mengajakmu suatu hari nanti.” Jongin tersenyum lebar.
Oppa, kau sangat tampan.” Inkyung tersenyum lebar.
Jongin terkekeh. “Aku memang tampan.” Jongin melirik Kyungsoo yang menatapnya.
Inkyung tersenyum manis lagi. “Oppa, apa Kyungsoo eonnie bukan yeojachingumu?” Inkyung mempoutkan bibirnya, lucu.
Jongin terdiam sejenak, kemudian tersenyum. “Untuk apa kau bertanya seperti itu?” Jujur saja, ia selalu gugup jika sudah menyangkutkan Kyungsoo.
“Kau dan Kyungsoo eonnie terlihat sangat cocok. Kau harus jadi namjachingu-nya.” InKyung berkata dengan wajah yang sangat polos.
“Inkyung! Ayo cepat!” Eomma Inkyung berteriak memanggil putrinya yang tak kunjung menghampirinya.
Inkyung tersenyum. “Baiklah, oppa. Aku harus pulang. Jaga Kyungsoo eonnie.”

CUP

Inkyung mengecup pipi Jongin, kemudian berlari menuju ibunya.
Annyeong, Inkyung-a~” Kyungsoo melambaikan tangan mengiringi kepergian Inkyung. 
Lain dengan Kyungsoo sibuk melambaikan tangannya pada Inkyung, Jongin malah sedikit menjauh dari tempatnya semula. Kemudian ia mengeluarkan ponsel berwarna hitam miliknya. Dengan terburu – buru ia mencari salah satu nama di kontak ponselnya.

Krystal.

Jongin memencet tombol hijau, kemudian mendekatkan ponsel tipis itu ditelinganya.
“Yeoboseyo, Jongin?”
“Aku ingin hubungan kita berakhir saat ini juga.”

PIP

:::::::::::::::::END::::::::::::::::::

Annyeong, gimana? Gaje kan? -_-
Oke deh, Bubble rasa FF ini sangat payah, dan dibuat dengan maksa banget.
Dan juga, Bubble rasa FF ini sangat nanggung Ending’nya. Mungkin ada yg minta sequel?

Enjoy Your Dream^^―Bubbleblack










THE ENDING || SEQUEL A NECKLACE || KOOK-RIN-BYUL

TITLE :
The Ending

MAIN CAST :
Jeon JungKook
Kim Ah Rin

SUPPORT CAST :
Kim Byul
And other

GENRE :
School-life

RATING :
T

SUMMARY :
“Inilah akhir dari segalanya.”

KOTAK NYOCOT ::
Annyeong readersdeul? Hehe, mian baru update sequel’nya. Mungkin ini akan jadi lebih panjang dari yang ‘A Necklace’. Sumveh, alur'nya kecepetan banget nih-_-. Enjoy this story^^ #kagakcerewet

|| BUBBLEBLACK PRESENT ||

[Normal POV]

Sudah seminggu setelah peristiwa tidak mengenakkan itu. JungKook dan Ah Rin kembali bersama.
Pagi ini mereka datang bersama ke sekolah. Hanya biasa saja. Mungkin mereka masih terbayang – bayang kejadian itu. setelah Ah Rin mencoba untuk bunuh diri, dan JungKook yang memohon – mohon untuk meminta Ah Rin kembali padanya. Keduanya masih belum membuka suara. Canggung.
“Eum, Rin?” JungKook berucap dengan gugup.
Ah Rin berhenti melangkah, kemudian menoleh pada JungKook. “Ne?”
JungKook berhenti berjalan. Ia terdiam sejenak.
“Apa kau memakai kalung milikmu?”
Ah Rin meraba lehernya, kemudian benda berwarna perak itu terlihat berada di luar seragamnya.
JungKook tersenyum. “Baiklah.”
“Wae?”
“Tidak. Aku hanya memastikan kau benar – benar memaafkanku.”
“…”
Mereka kembali berjalan. Dengan keadaan hening lagi. Ah Rin yang menundukkan kepalanya, sibuk dengan pikirannya. Ia sedikit meragukan ucapan  JungKook sebelumnya.

“Mungkin aku masih belum seutuhnya percaya padamu JungKook-a.”

::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
Annyeong, Rin. Eh? JungKook?” Hye Kyu menghampiri Ah Rin di ambang pintu ruang kelas mereka.
Ah Rin tersenyum. “Ne, nado annyeong Hye Kyu-ya.”
Hye Kyu menatap JungKook tidak suka. “K-Kau, pergi dengannya?” Tanya Hye Kyu sambil menunjuk wajah JungKook.
Ah Rin menoleh pada JungKook sejenak, kemudian kembali menatap Hye Kyu yang berada didepannya. “Wae? Apa ada yang salah?” Tanyanya.
Hye Kyu terlihat gelagapan. “A-Ah, maafkan aku. Tapi bukankah kalian sedang…” Hye Kyu berhenti pada kalimatnya.
Ah Rin yang mengerti maksud Hye Kyu, langsung tersenyum lebar. Kemudian mengelus pundak sahabatnya. “Aku baik – baik saja. Dan sepertinya hubunganku dengan JungKook sudah mulai membaik.” Terangnya.
Ah Rin sebenarnya ragu dengan apa yang barusan ia katakan. Sedikit aneh memang. Bukankah sudah jelas jika JungKook benar – benar menyesal waktu itu? dan kenapa ia masih meragukannya?
“A-Ah, Hye Kyu-ya, aku duduk denganmu, ne?” Ah Rin memecah keheningan. Juga memutuskan kontak mata antara JungKook dengan Hye Kyu.
Tanpa menjawab apapun, Hye Kyu segera menarik tangan Ah Rin pergi menuju bangkunya. Meninggalkan JungKook yang masih mematung sendirian di ambang pintu.
“Dasar aneh.” ―JungKook.

[Normal POV End]

:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

Tiga puluh menit yang lalu bel istirahat berbunyi. Kalian pasti tahu bukan dimana saja tempat yang ramai di saat – saat yang seperti ini? Aku pasti yakin kalau kalian semua selalu menebak kantin. Tapi tak  apa, itu adalah jawaban yang benar.
Baiklah, lupakan, kita kembali saja pada Ah Rin sekarang. Entahlah, ia tak juga keluar dari kelasnya. Merapikan bukunya, memasukkannya ke dalam tas, dan yah, akhirnya dia keluar juga.
Sekarang, ia berniat menyusul Hye Kyu dan JungKook ke kantin. Berjalan sendirian melewati koridor sekitar kelasnya. Ia sama sekali tak peduli dengan sapaan teman kenalannya yang saling bersahutan. Baiklah, mungkin terdengar berlebihan, tapi itu memang.
“Kudengar, kau dan JungKook kembali berbaikan. Apa itu benar?”
Ah Rin berhenti melangkah. Ia mendengar sebuah suara yang tak asing lagi di telinganya. Dengan perlahan ia membalikkan tubuhnya. Itu KimByul. Dan kebetulan juga, ia sama sekali tak bertemu dengan gadis itu akhir – akhir ini.
KimByul menghampirinya. Sedikit aneh karena sekarang KimByul bersama pasukan militernya, a-ah maksudku, teman – temannya yang sekarang menjadi sebanyak itu ―menurut Ah Rin―
“Apa maksudmu?” Ah Rin memicingkan kedua matanya.
KimByul tertawa picik, kemudian menatap tajam Ah Rin. “Kau tak usah berpura – pura Ah Rin-ah!” Ia sedikit mendorong Ah Rin dengan kasar.
Ah Rin berusaha menyeimbangkan tubuhnya. “Baiklah, itu benar. Dan sekarang apalagi yang kau inginkan dariku?”Ah Rin menatap KimByul tak kalah tajam.
KimByul tersenyum. “Bagaimana kau bisa berbaikan lagi dengan mantan kekasihku?” Tanyanya lagi.
“….”
Ah Rin tidak menjawab pertanyaan KimByul. Mendengar KimByul menyebut JungKook sebagai mantan kekasih sangat menyakitkan bagi Ah Rin. Secara tidak langsung ia kembali memutar peristiwa tak mengenakkan beberapa waktu yang lalu.
“Bahkan kau tak membuka mulutmu sekalipun. Katakan! Bagaimana kau bisa bersama dengan mantan kekasihku?! Aku benar – benar tidak mempercayainya, JungKook yang brengsek itu kembali pada gadis murah hati sepertimu? Benar – benar mengejutkan.” Ucap KimByul dengan nada meremehkan.
Ah Rin mendongak. “Jaga ucapanmu KimByul. JungKook tidak brengsek seperti yang kau kira.”
“Ouu~ Benarkah? Lalu apa yang JungKook lakukan beberapa waktu yang lalu? Sekali lagi kutekankan padamu, apa itu tidak brengsek?” KimByul membuat nyali Ah Rin menciut. Gadis dihadapannya ini kembali mengungkit kejadian waktu itu.
“….”
“Kau terlalu murah hati, Ah Rin-ah. Bahkan kau tidak menyadari kalau mantan kekasihku itu sangat brengsek. Ah, maksudku, kekasihmu. Benar begitu?” KimByul tertawa picik, lagi.
“….”

GEP

KimByul mencengkram pundak Ah Rin erat, Ah Rin sempat meringis kesakitan dibuatnya. “Dengar Ah Rin-ah, kau itu terlalu mencintai JungKook. Bahkan kau tak pernah sadar kalau JungKook sangat brengsek.” KimByul menekan beberapa kata dalam kalimatnya.
Ia melepas cengkeraman tangannya dari pundak Ah Rin. “Mungkin kau bisa membiarkan JungKook untuk kembali padaku?” KimByul tersenyum licik.
Ah Rin membelalakkan matanya. “M-MWO?!! Apa yang baru saja kau katakan?!”
KimByul memasang wajah terkejutnya yang terkesan pura – pura. “Yang baru saja aku katakan? Aku bilang, mungkin kau bisa membiarkan JungKook untuk kembali padaku?”
Dan setelah itu, KimByul pergi bersama teman – teman gilanya.

::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

“Rin, kau ingin pulang bersamaku atau dengan Hye Kyu?” JungKook menghampiri Ah Rin yang masih setia duduk di kursinya, kekasihnya sedang melamun ternyata. #mbeell-_-
“Kau baik – baik saja? Aku akan antarkan kau pulang.” Ucap JungKook setelah duduk disamping Ah Rin.
Gadis itu sedikit terhenyak mendengar perkataan JungKook. Ia kemudian tersadar dari lamunannya, lalu menoleh pada JungKook yang berada di sampingnya. Ah Rin tersenyum sejenak. “Aku baik – baik saja. Kau barusan berkata apa?” Ah Rin berusaha sesantai mungkin.
“Kau ingin pulang denganku atau dengan Hye Kyu?”
Ah Rin tersenyum tipis. “Aku pulang bersamamu saja. Hye Kyu-ya, mianhae~” Ah Rin tersenyum jahil.
Hye Kyu yang sedari tadi menunggu hanya memutar bola matanya malas. Seharusnya ia sendiri tahu kalau pada akhirnya Ah Rin akan pulang bersama JungKook. Tapi, tidak salah juga bukan ia menunggu?
“Seharusnya aku tahu, kenapa aku bodoh sekali? Pada akhirnya kau akan pulang bersama JungKook. Menyebalkan kau tahu?” Hye Kyu mendengus kesal.
Ah Rin terkikik, kemudian memeluk sahabatnya itu. “Lain kali aku akan pulang bersamamu. Aku janji.”
“Lalu jika kau tak menepatinya?” Hye Kyu melepas pelukan Ah Rin.
Ah Rin terlihat berpikir sejenak. “Eum, kau harus pulang sendiri kalau begitu.” Ah Rin tertawa terbahak.
“Terserahmu saja. Baiklah aku pulang.”
“…..”
Hening.
Tak ada satupun yang membuka suara setelah Hye Kyu pergi.
“Kurasa kita harus pergi.” JungKook akhirnya berucap sambil menggandeng Ah Rin pergi meninggalkan ruang kelas mereka.

::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

Ah Rin sedang duduk diatas tempat tidurnya. Ia sudah berganti pakaian dan juga makan siang tadi. Sekarang ia hanya diam. Sama sekali tak menghiraukan TV yang berbicara sendiri.
Ia menidurkan dirinya. Kemudian menarik selimut biru tebalnya hingga menutupi seluruh tubuhnya. Hari ini sungguh hari melelahkan untuknya.
Hari ini banyak peristiwa mengejutkan baginya. Mulai dari ketidakyakinannya pada JungKook, dan KimByul yang tiba – tiba mengatakan bahwa gadis itu akan merebut JungKook kembali.
“Hhhhh~”
Ia menghela nafas panjang. Memikirkannya saja membuat kepalanya seketika berdenyut.
‘mungkin kau bisa membiarkan JungKook untuk kembali padaku?’
Ah Rin berpikir keras. Haruskah ia melepas JungKook kembali pada Kimbyul? Itu mungkin terdengar sangat gila.

Yuksipchomyeon chungbunhan Story
Nae mameuro neon deureowasseo
Nan uisimchi anha
Nal gajyeogangeol
Jjalpji anheun Time
Neon geureon saram

Lamunan Ah Rin tersadar ketika nada dering ponselnya yang berbunyi keras di meja nakasnya melantunkan lagu 60sec  milik artis solo favoritnya, Kim Sunggyu.
Jeon JungKook calling
Ia tersenyum sejenak. “Ne?”
“Hey, apa kau senang saat aku menghubungimu, hm?” JungKook menjawab dari seberang sana.
AhRin mendengus. “Kau terlalu yakin, JungKook-a. Ada apa kau menghubungiku?” Jawab AhRin lesu.
“Kau ingin ikut denganku? Hari aku akan berlatih basket.”
AhRin mengerutkan dahinya. “Untuk apa kau mengajakku?”
JungKook terkekeh diseberang sana. “Bukan apa – apa. Hanya saja, aku akan berlatih serius kalau saja kekasihku ada disana.”
AhRin tersenyum sejenak, ia tersipu. “Apa – apaan kau? Kalau aku ikut denganmu, pasti kau hanya fokus padaku. Tidak, aku tidak ingin ikut.”
JungKook menghela nafas. “Kenapa begitu? Aku ingin kau melihatku bermain nanti. Setidaknya ini pertama kali setelah terakhir kau menemaniku berlatih sebelum peristiwa itu.”
“….”
AhRin terdiam sejenak. Kenapa selalu saja dihubungkan dengan peristiwa itu? Hey, ayolah. Itu sudah peristiwa lama bukan? Tak perlu diungkit kembali.
“Rin? Kau masih disana?”
AhRin terkesiap, tadi ia melamun sebentar. “N-Ne.”
“Jadi, kau ingin ikut denganku atau tidak?”
“Eum, kurasa tidak. Kau tidak akan bermain serius kalau kau terus saja menatapku nanti. Aku akan sangat marah jika tiba – tiba kau tidak menjadi kapten lagi.” Jawab AhRin panjang, kemudian tertawa.
“Begitu? See, aku tidak akan menjemputmu jika itu maumu. Kalau berubah pikiran, kau bisa menghubungi Hye Kyu untuk mengantarmu kemari.”
“Aku tidak akan berubah pikiran.” AhRin terkikik pelan.
“Baiklah, aku tidak ingin berdebat denganmu sekarang. Aku harus pergi, akan kuhubungi lagi nanti.”
“Aku akan menunggumu.”
“Sampai nanti, Rin. Aku menyayangimu.” JungKook tersenyum diseberang sana.
AhRin menggenggam bandul kalung miliknya, kemudian tersenyum sekilas. “Ya, aku juga menyayangimu, JungKook-a.”

::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

JungKook sedang berlarian mengejar bola berwarna oranye itu. Yup, namja tampan itu sedang berlatih basket, walaupun AhRin tidak bersedia menemaninya untuk berlatih kali ini. Ia sudah menghubungi gadis itu, tapi AhRin menolak untuk ikut bersamanya. Kecewa memang.
Sebenarnya ini sudah cukup sore untuk latihan. Namun, sesuai informasi, turnamen basket akan dimulai sekitar tiga minggu lagi. Mau tak mau, mereka harus giat berlatih bukan? Tiga minggu memang bukan waktu yang dibilang lama, hanya menghitung hari saja.
Dari kejauhan terlihat JungKook sedang berusaha merebut bola. Keringatnya sudah meluncur melewati pelipisnya, nafasnya terengah – engah. Hanya beberapa hal biasa, bukankah ia seorang kapten basket?

DUGH

DUGH

SET
TRING!

Yeah!
JungKook berhasil memasukkan bola. Three point. Dan tepat saat itu, peluit dibunyikan. Latihan ini sudah selesai. Tepat pukul lima sore.
JungKook berlari ketepi lapangan. Menghampiri barang – barangnya yang ia letakkan disebuah kursi panjang. Ia sedikit tercekat saat siapa yang berada disana. KimByul.
“Apa yang kau lakukan?” JungKook bertanya dengan nada acuh.
KimByul menoleh sambil tersenyum, kemudian menyodorkan air mineral kepada JungKook yang berdiri di hadapannya. “Annyeong, JungKook-a. Sudah lama kita tak bertemu.” KimByul membuka percakapan. Atau bisa disebut, basa – basi.
JungKook menerima air mineral itu. “Apa maumu?” JungKook duduk dikursi, sementara KimByul berdiri sedikit jauh darinya.
Aniyo. Hanya sekedar menyapa teman lama. Bagaimana dengan AhRin?” Tanya KimByul. Dalam hati ia juga sangat ogah – ogahan untuk menanyakan AhRin, tapi bukankah ini hanya basa – basi?!
“AhRin baik – baik saja. Untuk apa kau menanyakannya?”
KimByul membalikkan badannya beserta seringai. “Bagaimana kehidupanmu setelah berpisah dariku? Apa AhRin bahagia setelahnya?” KimByul berjalan mendekat.
“Harusnya aku tahu jalan pembicaraan ini.” JungKook memalingkan wajahnya.
“Seperti yang kau lihat, ia jauh lebih bahagia setelah kau pergi.” JungKook menoleh dengan tatapan tajam pada KimByul.
KimByul tersenyum tipis sambil mengepalkan tangannya kuat – kuat. “Benarkah? Lalu bagaimana jika aku meminta AhRin untuk meninggalkanmu? Dan mungkin kau bisa kembali padaku seperti dulu.”KimByul menatap JungKook lekat – lekat.
JungKook berdiri tiba – tiba. “Mworago?!”
KimByul tertawa. “Biarkan AhRin melepasmu, dan kau kembali padaku.” KimByul menatap JungKook lagi.
“….” JungKook terdiam. Ia mengepalkan kedua tangannya. Haruskah begitu?! Haruskah ia menuruti ucapan KimByul.
“Tak mau menjawab?”
JungKook menghela nafas. “Kau dan aku sudah berakhir, Byul. Tidak ada yang harus diulang kembali.” Ucapan JungKook sedikit melunak dari sebelumnya.
“Semua bisa kau lakukan kalau kau yakin.”
“Kau tak akan mengerti bagaimana akhir semua ini.”JungKook memalingkan wajahnya lagi. Keadaan gila apa ini?!
KimByul mengelus pundak JungKook. “Kau akan kembali padaku.”

::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

AhRin berjalan menuju loker miliknya. Keadaan sekitar memang ramai karena sudah waktunya jam makan siang. Jadi, tak heran jika semua siswa berlarian untuk sampai kantin.
AhRin memilih tidak makan siang hari ini. Selera makannya akhir – akhir ini kurang menyenangkan. Yah, ia bisa menyebut ini sebagai progam untuk diet. Walaupun tubuhnya sendiri sudah seperti tiang listrik yang berada didepan sekolah, bukankah tidak salah jika AhRin ikut mencoba program diet?
Ia sampai di lokernya. Logam yang disebut besi dengan tinggi sekitar dua meter dan  berwarna biru. AhRin memutar kunci miliknya, dan terbukalah. Kamus, dan buku tebal lainnya tersusun rapi.

PUK

AhRin sedikit terkejut. Sebuah amplop terbang memasuki loker miliknya. Lupakan masalah sihir. Itu sudah kuno dan AhRin tidak percaya dengan hal yang berbau mistis semacam itu.
AhRin dengan ragu mengambil amplop itu.
“Datanglah ke pesta ulang tahunku nanti.”
Sebuah suara mengejutkan AhRin. Ia membalikkan badannya. KimByul? KimByul mengundangnya? Tidak salah?
“Datanglah ke pesta ulang tahunku malam ini. Dan kau akan mendapat sebuah kejutan.”

:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

-TBC-

Annyeong, readersdeul!^^ Hehe mian, ne? Bubble baru bisa publish sequel ini. Dan sungguh, Bubble kira ini bakal bisa oneshoot, ternyata halamannya lebih banyak dari yang A Necklace._.v Maka dari itu, Bubble buat twoshoot. Bubble akan cepet buat chapter berikutnya segera^_^ Don’t forget for comment, ne? ;)

Enjoy Your Dream^^ - BubbleBlack