NO TITLE
MAIN CAST :
Kim Jongin
Do KyungSoo
SUPPORT CAST :
Akan bermunculan
seiring berjalannya cerita
GENRE :
School-life,
Romance
RATING :
T
SUMMARY :
"Sebuah kejadian yang dibilang lucu, sama sekali tak direncanakan oleh Jongin dan Kyungsoo."
|| KOTAK NYOCOT ||
:
Annyeong! Tanpa
basa – basi, langsung baca aja ini FF. FF ini bener - bener maksa dalam proses pengetikannya-_-. Okey, Happy Reading^^
ENJOY THIS STORY
.
.
.
All is AUTHOR POV
Kyungsoo
sedang berdiri di depan cermin. Ia sedang menyisir rambutnya yang panjang dan
berwarna hitam itu. ia melihat pantulan dirinya di cermin. Mungkin
penampilannya sudah cukup baik untuk dipandang.
Ia
dan Jongin akan pergi ke salah satu tempat wahana bermain di kota ini. Hey,
jangan kira mereka akan berkencan. Aku sudah mengira kalau kalian mengira
mereka akan berkencan, tapi harus kalian ketahui, gadis dan lelaki itu sama
sekali tak memiliki hubungan apapun.
Baiklah
lupakan masalah itu, aku akan mengatakan yang sebenarnya. Hari ini Kyungsoo dan
Jongin akan pergi ke wahana bermain untuk mengerjakan tugas dari Kang seongsaengnim. Ingin tahu tugas mereka?
Aku harap kalian akan menertawakan ini, tugas mereka adalah bertemu dengan manager tempat itu kemudian melakukan sebuah wawancara
singkat.
Baik,
kembali pada Kyungsoo yang sekarang sudah duduk di kasur empuk miliknya.
Mengecek alat yang harus ia bawa nanti.
CKLEK
Pintu
kamar Kyungsoo terbuka. Menampakkan seorang wanita paruh baya yang cantik
dengan senyum manisnya menghampiri Kyungsoo yang sibuk memasukkan barangnya ke
dalam tas.
“Kyung,
apa kau akan pergi?” Tanya wanita itu, Yixing, eomma Kyungsoo.
Kyungsoo
menoleh, kemudian tersenyum sejenak. “Ne,
eomma. Tugas dari Kang seongsaengnim.” Jawab
Kyungsoo, melanjutkan kembali kegiatannya.
“Eodiga?”
“Entahlah,
eomma. Aku dan Jongin masih tidak
tahu akan pergi kemana.”
Yixing
tersenyum nakal. “Kau akan mengerjakan tugas atau… berkencan?” Yixing mencubit
ujung hidung Kyungsoo.
Kyungsoo
membelalakkan matanya lucu. “Aniyo,
eomma. Eomma berbicara yang tidak –
tidak saja. Hanya teman kelompok saja.”
Yixing
tersenyum lembut.
“Kelompok
belajar untuk apa, Kyung?” Yixing menatap serius Kyungsoo yang masih sibuk
mengecek barang – barangnya.
“Kang
seongsaengnim menyuruh semua siswanya
untuk observasi, eomma.” Jawab
Kyungsoo sambil meneteng tasnya.
“Pasti
tidak menyenangkan.” Yixing memicingkan matanya.
Kyungsoo
tertawa. “Aku pergi eomma. Jaga
dirimu baik – baik. Sampai jumpa.” Kyungsoo mengecup pipi ibunya sejenak,
kemudian berlari keluar kamarnya.
Mungkin
Jongin sudah menunggu didepan?
::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
Kyungsoo
membuka pintu rumahnya. Ia terdiam sejenak. Jantungnya berdegup sangat kencang
sekarang. Mungkin kalian akan merasakan hal seperti yang Kyungsoo rasakan.
Baiklah
akan aku katakan sekarang. Di luar sana, di halaman rumah Kyungsoo, Jongin
tengah menunggunya. Lelaki tampan itu berdiri menyandar pada mobil sport mewah miliknya. Puas? -_-
Kita
kembali pada Kyungsoo.
Kyungsoo
masih berada di posisi awalnya. Terdiam, sambil menatap kagum Jongin yang
berada di halaman rumahnya. Jongin menjemputnya! Astaga, rasanya Kyungsoo ingin
pingsan saja sekarang. Bagaimana tidak?! Seorang namja tampan yang disebut – sebut sebagai pangeran sekolah, yang
selalu dielu – elukan oleh para yeoja ―kecuali
Kyungsoo, karena ia hanya menanggap itu adalah hal biasa saja― menjemputmu
langsung dirumah.
Kyungsoo
bahkan menarik kata – katanya sendiri kali ini. Jongin benar – benar tampan.
Dengan pakaiannya yang khas remaja, jaket baseball
(?) berwarna hitam dan putih, kaos polos berwarna merah sebagai dalamannya,
celana jeans hitam, sepatu berwarna
putih, dan juga rambutnya yang ditata keatas dengan rapi. Ah, jangan lupa
kacamata hitam yang bertengger (?) dihidung mancungnya. Kyungsoo benar – benar
terpesona dengan Jongin.
Pikiran
fiksi Kyungsoo seketika membuyar setelah Jongin menoleh padanya. Lelaki itu
melepas kacamata hitamnya. Tatapan matanya yang tajam kini terlihat menatap
Kyungsoo dengan intens.
“YA! Kapan kita akan meninggalkan tempat
ini jika kau terus saja melamun?!” Seru Jongin membuat Kyungsoo terhenyak
kemudian berjalan menuju ke tempat Jongin berdiri.
Kyungsoo
menunduk ketika sampai dihadapan Jongin. “M-Maafkan aku J-Jongin.” Kyungsoo
berucap lirih. Kenapa aku harus berdandan
tadi?, batinnya dalam hati. Ia merutuki kebodohannya sendiri, kenapa ia
berdandan terlalu lama.
“….”
Jongin terdiam.
Kyungsoo
mendongak. Jantungnya lebih berdegup lagi ketika mendapati Jongin sedang
menatap intens dirinya, dari atas hingga bawah.
Kedua
alis Jongin bertautan. ‘Apa ia menganggap
kalau aku mengajaknya berkencan?’ Jongin bertanya dalam hati.
Lihat
saja penampilan Kyungsoo. Memakai dress berwarna
soft blue, rambut yang hanya digerai,
dan juga sepatu flat putih yang
dihiasi sebuah pita yang berwarna caramel.
Cukup sederhana bukan? Lalu apa masalahnya Jongin?-_-
‘Kalau dipikir – pikir, dia
cantik juga. Melebihi Krystal mungkin?’ Jongin kembali membatin dalam hati. Sambil menatap
Kyungsoo.
“Jongin?”
Kyungsoo mengayunkan tangannya di depan wajah Jongin.
“….”
“Jongin?”
Kyungsoo menepuk pundak lelaki itu.
“Ah!
Apa?” Jongin terkejut.
“Kau
bilang, kita akan segera pergi? Kenapa kau melamun?” Kyungsoo memiringkan
kepalanya. Manis sekali.
Jongin
berdeham. “Baiklah, kajja!” Jongin
berlari memasuki mobil miliknya diikuti Kyungsoo.
.
.
.
“Jongin,
kita akan kemana?” Kyungsoo menolehkan kepalanya, memandang Jongin dengan raut
wajah gembira.
Namun
Kyungsoo langsung merubah air mukanya ketika Jongin mulai berbicara sendiri
melalui headset miliknya.
“Ne, arraseo. Aku akan segera pulang. Kau
tenang saja.”
“….”
“Entahlah
aku tidak tahu. Bukankah kita sudah berkencan,
Krystal? Dan kau ingin mengajakku kencan lagi?! Kau gila!” Jongin berseru
sendiri. Mungkin ia lupa kalau Kyungsoo masih berada di sebelahnya.
“Baiklah,
baiklah! Besok kita akan kencan! Kau puas?!” Jongin memutuskan sambungan
teleponnya.
“Dari
siapa Jongin?” Kyungsoo berucap sepelan mungkin, takut kalau Jongin akan tersulut
emosinya.
Lelaki
itu menoleh. “Krystal.” Jawabnya datar, kemudian fokus lagi pada jalanan
didepannya.
Kyungsoo
hanya mengangguk sebagai respon. Kemudian gadis itu memalingkan wajahnya pada
jalanan ramai melalui kaca jendela disampingnya.
“Harusnya aku tahu kalau telepon itu dari kekasihnya. Kau bodoh Kyungsoo-ah.” Kedua kalinya. Kyungsoo merutuki kebodohannya lagi.
“Ah,
ya. Kita akan ke taman hiburan yang ada didepan sana.”
Jongin bersuara.
Kyungsoo
tersenyum. “Ne.”
Dan
setelah itu, tak ada satupun dari mereka yang membuka percakapan.
:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
“Maafkan
kami Tuan, tapi Anda tidak bisa bertemu dengan manager Shin. Saat ini beliau sedang berada di Mokpo untuk rapat
perusahaan.” Kata Penjaga wahana permainan itu.
“Bisa
kau katakan kapan dia akan kembali?” Jongin menaikkan nada bicaranya.
“M-Maafkan
saya Tuan. Tapi saya tidak tahu kapan beliau akan kembali ke Seoul. Saya mohon
diri.” Penjaga wahana itu membungkukkan badannya kemudian berjalan pergi
meninggalkan Jongin dan Kyungsoo yang sedang bingung.
Raut
kecewa terpaut jelas di wajah keduanya. Sebenarnya, sangat sia – sia mereka
datang jauh – jauh kesini. Baiklah, tapi apa mau dibuat?
“Kita
tidak bisa mengerjakan tugas itu dengan cepat.” Jongin berucap datar. Kemudian
lelaki itu menoleh pada Kyungsoo.
“Kau
ingin pulang atau tetap disini?”
Kyungsoo
mengerutkan dahinya. “Terserah padamu. Aku hanya menurut saja.” Kyungsoo
tersenyum manis. Sejujurnya, ia masih ingin bersama Jongin untuk saat ini.
Jadi, tidak mungkin bukan kalau Kyungsoo mengatakannya secara terus terang?
Konyol~
Jongin
terlihat sedang berpikir keras. “Eum, bagaimana kalau kita bermain disini? Kau
mau?” Tanya Jongin dengan…… lembut.
Kyungsoo
terdiam sejenak. Ia merasa kalau Jongin sedikit merubah nada bicaranya.
Bukannya Kyungsoo berlebihan, tapi, ia merasa kalau Jongin sedikit lembut?
“A-Ah,
boleh. Aku hanya mengikutimu saja.” Jawab Kyungsoo akhirnya. Ia sudah berusaha
menetralkan detak jantungnya seperti semula. Namun, ia kalah. Jongin yang terus
membuat detak jantungnya selalu berdetak tak karuan.
“Baiklah,
jika kau mengikutiku, ayo temani aku bermain. Sebelum itu, akan kuajak kau
membeli es krim.” Jongin menggenggam tangan mungil Kyungsoo. Kemudian
menariknya lembut.
Kyungsoo
yang mendapat perlakuan manis dari Jongin hanya tersenyum tertahan. Dan lagi,
ia berusaha keras untuk membuat detakan jantungnya kembali normal. Sekali lagi,
ia kalah.
.
.
.
.
“Selamat
siang, apa ada yang bisa kubantu?” Pelayan di kedai es krim itu tersenyum ramah
menyambut Jongin dan juga Kyungsoo yang baru saja mengambil tempat.
Jongin
menyeringai. “Aku ingin choco cookies ice
cream. Kau ingin apa?” Jongin beralih pada Kyungsoo.
Kyungsoo
tersenyum tipis. “Samakan saja, agasshi.”
Kyungsoo berucap pada pelayan yang berdiri disebelahnya.
“Ne. dua choco cookies ice cream. Ada tambahan, sebelum kami antarkan
pesanan Anda?” Pelayan itu kembali tersenyum ramah.
“Tidak
ada.”
“Baiklah.”
.
.
.
“Ini
Tuan. Selamat menikmati kencan Anda.” Pelayan itu berucap sambil tersenyum
jahil. Sementara Kyungsoo dan Jongin saling menyembunyikan wajah mereka yang
terburu memerah karena menahan malu.
“Ah,
ne. jeongmal kamsahamnida.” Jongin
tersenyum tipis. Kemudian pelayan itu pergi meninggalkan mereka setelah membungkukkan
kepalanya.
“…..”
Hening.
Tidak
ada yang berniat membuka percakapan diantara keduanya. Kyungsoo dan Jongin
masih sibuk dengan pemikirannya masing – masing.
Sempat
Kyungsoo lihat, Jongin sedang diam – diam menatapnya. Namun ketika Kyungsoo
menatap Jongin kembali, lelaki tampan itu malah mengalihkan pandangannya. Entah
pada es krimnya, atau pada pemandangan
diluar kedai.
Kyungsoo
terlihat menahan senyumnya ketika melihat tingkah lucu Jongin. Menurutnya, itu
terlihat seperti anak kecil berumur lima tahun. Kkkk~
“Jongin,
tak usah terburu – buru begitu. Lihat, pipimu jadi kotor.” Kyungsoo berucap
pada Jongin. Sementara yang diajak bicara hanya memasang wajah keheranan.
“Benarkah?
Dimana?” Jongin berusaha membersihkan pipinya sendiri. Dan yup, akhirnya bersih
juga. Mungkin kalian akan mengira kalau Kyungsoo yang akan membersihkan pipi
Jongin, bukan? tapi maaf, Jongin sudah punya kekasih. :p
Kyungsoo
terkikik.
“Setelah
ini kita akan kemana?” Jongin membuka suara.
Kyungsoo
menyuap es krimnya yang terakhir. “Terserah padamu. Bukankah aku hanya
mengikuti saja?” Kyungsoo tersenyum sekilas.
“Baiklah,
kalau begitu kita akan main semua wahana disini. Kau tidak takut bukan?” Jongin
tersenyum jahil.
“Apa
– apaan kau? Tentu saja tidak.” Kyungsoo menopoutkan bibirnya. Lucu sekali.
Sementara Jongin hanya terkekeh.
“….”
Keadaan
kembali hening. Jongin masih sibuk dengan es krimnya, lain dengan Kyungsoo yang
masih berusaha menyusun kalimat yang tepat agar Jongin tidak tersinggung. Apa
yang akan ia katakan?
“Eum,
Jongin, boleh aku bertanya sesuatu padamu?” Kyungsoo memberanikan dirinya kali
ini. ‘Semoga dia tidak murka lagi, Ya
Tuhan~’
“Bertanyalah.”
Kyungsoo
menghembuskan nafasnya perlahan. “Sejak kapan kau dan Krystal-ssi bersama?” Kyungsoo berucap lirih.
Jongin
terdiam sejenak. “Sejak satu bulan yang lalu. Kenapa menanyakan itu?” Jongin
meletakkan sendok yang ia pegang sebelumnya.
Kyungsoo
menundukkan kepalanya. “M-Maafkan aku, Jongin. Aku tidak bermaksud membuatmu
marah.” Kyungsoo sedikit takut dengan nada bicara Jongin yang kembali berubah
dingin. Ia takut kalau saja lelaki dihadapannya tiba – tiba mengamuk. Dan tanpa
menjawab apapun, Jongin langsung beranjak pergi meninggalkan Kyungsoo.
::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
Kyungsoo
dan Jongin berjalan berdampingan dalam diam. Keduanya sama sekali tak berniat
membuka mulut.
Kyungsoo
berjalan dengan keadaan gugup bercampur dengan gusar. Ada rasa bahagia ia bisa
berjalan bersama Jongin. Namun ia juga sedikit takut kalau saja Jongin kembali
murka. Lelaki disampingnya itu mudah sekali merubah moodnya.
“Haruskah aku meminta maaf
padanya? Aigoo~ Kyungsoo kau bodoh sekali!” Kyungsoo membatin dalam hati. Untuk ketiga kalinya,
ia kembali merutuki kebodohannya sendiri. Kau sungguh aneh hari ini Kyungsoo,
tidakkah kau tahu itu?!
“Eum,
Jongin… Eum, maafkan aku.” Kyungsoo bergumam. Namun Jongin masih mendengarnya,
lihat saja, lelaki itu merespon dengan menolehkan kepalanya pada Kyungsoo.
“Untuk
apa? Kau sudah berulang kali mengucapkan kalimat itu hari ini.” Jawab Jongin
dengan nada datar. Ia sudah tak memandang Kyungsoo lagi. Ingat, bukankah mereka
masih berjalan?
“A-Aku
hanya memastikan saja. Kau kelihatan marah begitu.” Kyungsoo mempoutkan
bibirnya. Lucu sekali.
“Baiklah,
baiklah.” Jongin membuang nafasnya perlahan. Hey, sepertinya ia juga sedikit
salah tingkah ketika melihat wajah Kyungsoo yang begitu lucu. Setidaknya itu
yang Jongin pikirkan.
Kyungsoo
tersenyum lega.
“Jadi,
kau ingin bermain apa, Kyungsoo-ya?” Jongin
berhenti melangkah. Kyungsoo yang melihat Jongin berhenti, juga ikut berhenti
berjalan.
“Eum,
molla.” Kyungsoo hanya tersenyum
kikuk.
Jongin
berdecih. “Dasar. Baiklah, kalau begitu kita naik roller coaster! Ppalli kajja!” Jongin menarik tangan Kyungsoo.
Kyungsoo hanya diam, dan mengikuti kemana Jongin berjalan.
.
.
.
Tempat
roller coaster masih jauh. Kira –
kira begitulah yang dikatakan oleh petugas wahana disini. Kyungsoo yang sedari
tadi ditarik tangannya hanya pasrah kemana Jongin membawanya.
“Ayo
cepat! Kau lamban sekali.” Jongin tertawa sejenak. Sementara Kyungsoo hanya
memutar bola matanya malas. Jongin menghinanya!
“Eommaaa!! Eomma?! Eodiga?!
Eommaa? Hiks.. Eomma?”
“Jongin,
berhenti sebentar.” Kyungsoo ganti menarik tangan Jongin untuk menyuruhnya
berhenti. Lelaki itu sedikit bingung, Kyungsoo kuat juga ruapanya.
“Wae? Untuk apa berhenti?” Tanya Jongin.
Kyungsoo tak menjawab pertanyaannya. Gadis itu sibuk menoleh – nolehkan
kepalanya. Ia mencari sesuatu.
“Ya! Kau kenapa? Ayo pergi.” Jongin mulai
kesal. Moodnya tiba – tiba turun
sejenak.
“Tunggu
sebentar, Jongin.” Kyungsoo berucap pelan. Kemudian gadis itu berlari
menghampiri seseorang. Seorang gadis kecil yang sedang menangis disudut tempat.
“Apa
yang sedang kau lakukan disini, kecil?” Kyungsoo bertanya dengan lembut.
Berharap gadis kecil itu tidak menangis lagi.
Gadis
kecil itu mendongak menatap Kyungsoo. Matanya sembab, hidungnya merah, dan
jejak airmatanya begitu jelas. “Eonnie, apa
kau tahu dimana eommaku? Hiks..
Hiks..” Gadis kecil itu menangis lagi.
“Kemana
eommamu, kecil? Kenapa kau disini?” Kyungsoo
mendekati gadis itu.
“Eomma menyuruhku untuk menunggu disini.
Dan sekarang dia belum kembali. Aku takut dia meninggalkanku disini.” Gadis itu
berucap lirih.
Kyungsoo
memeluk gadis itu. “Gwaenchana. Ada eonnie disini. Siapa namamu, kecil?”
Kyungsoo mengusap punggung si gadis kecil.
“Inkyung
imnida.”
Kyungsoo
tersenyum lembut kemudian melepaskan pelukannya. “Baiklah, kau ikut denganku
saja. Kita bermain disini, lalu kita cari eommamu.”
Kyungsoo tersenyum lebar.
Gadis
bernama Inkyung itu tersenyum manis, kemudian memeluk Kyungsoo erat. “Benarkah
kita akan bermain, eonnie? Benarkah?”
Kyungsoo
terkekeh. “Ne. Sebaiknya kita cepat.
Ada seseorang yang menunggu kita. Kajja!”
::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
Jongin
melihat jam yang ia pakai dipergelangan tangan kiri miliknya. Tadi Kyungsoo
meninggalkannya sebentar. Entah untuk apa.
“Kenapa
lama sekali? Apa yang dia lakukan?” Gumam Jongin. Kalau saja ia sudah tidak
punya malu, ia akan meluapkan kemarahannya sekarang. Tapi ini tempat umum, dan
Jongin masih punya malu.
Jongin
melebarkan matanya. Setelah apa yang ia lihat sekarang.
“Kau?!
Kenapa ada dia?” Jongin menunjuk Inkyung yang berada di gendongan Kyungsoo yang
sedang menyedot bubble tea miliknya.
“Jongin,
dia ditinggal oleh ibunya. Dan kurasa, kita harus membantunya.” Kyungsoo
berucap setelah menyadari perubahan raut wajah Jongin. Hhhh~ berhentilah
membuatnya murka Kyungsoo.
“Apa?!
Untuk apa itu harus kulakukan?! Dia bukan adikku.” Kata Jongin datar.
Kyungsoo
terkikik. “Sudahlah, Jongin. Aku tidak ingin membuatmu marah lagi. Kita ajak
dia bermain, lalu temukan ibunya. Ah, ya. Namanya Inkyung.” Kyungsoo berjalan
mendahului Jongin.
“Eonnie, apa itu namjachingu eonnie? Siapa namanya?” Inkyung bersuara.
Kyungsoo
terdiam, ia bisa merasakan wajahnya memanas sekarang. “Bukan. Dia hanya
temanku. Namanya Jongin.” Jawab Kyungsoo sambil tersenyum.
Inkyung
mengangguk – anggukkan kepalanya. “Jongin oppa
tampan. Kyungsoo eonnie sangat cocok
dengannya.”
“Aku
memang tampan.”
Kyungsoo
terhenyak setelah Jongin menyusulnya. “J-Jongin?”
“Ne. Apa yang kalian bicarakan?” Jongin
memicingkan matanya. Ia sedang menginterogasi dua tersangka cantik di depannya
ini. Tunggu! Cantik? Dua? Bukankah itu termasuk Kyungsoo?
Kyungsoo
gelagapan. “A-Ah, bukan apa – apa. Benar begitu Inkyung-a?”Kyungsoo mencoba sesantai mungkin.
“….”
Hening.
Ketiga
orang itu tak ada yang berani membuka suara.
“Jongin,
apa Krystal-ssi tidak menelponmu?”
Kyungsoo membuka suara. Apa yang sudah ia katakan?!
Jongin
menoleh. “Tidak.”
Kyungsoo
menundukkan kepalanya. “Kurasa kalian berdua saling mencintai.” Ah, Kyungsoo
merutuki apa yang baru saja ia katakan.
Jongin
menyeringai. “Bagaimana caranya aku bisa mencintainya jika aku tidak percaya pada cinta?” Jongin menjawab dengan nada datar.
Kyungsoo
menoleh. “A-Apa?”
Jongin
juga ikut menoleh padanya. “Aku tidak percaya pada cinta.” Jongin kembali menatap
jalanan didepannya.
Kyungsoo
terdiam. Tidak salah kalau Jongin disebut sebagai seorang bad guy di kampus. Selain seorang yang kurang disiplin, dan
berandalan, ia juga seorang playboy.
“Bagaimana bisa banyak yeoja yang
menyukainya?” Kyungsoo
membatin dalam hati.
“Kau
mungkin bisa menyebutku sebagai seseorang yang brengsek. Yah, kau bahkan tahu
kalau aku hanya mengencani mereka hanya untuk kepuasan semata. Mereka benar –
benar tidak tahu diri.” Jongin berucap. Ia memasukkan tangannya dalam saku
jaketnya.
Kyungsoo
tersenyum tipis. “Kau tidak boleh memperlakukan mereka seperti itu Jongin.
Mereka adalah seorang yeoja, dan mereka
akan sakit hati jika kau selalu melakukan itu padanya.” Kyungsoo menoleh lagi
menatap Jongin.
“….”
Jongin terdiam. Ada sesuatu di ulu hatinya yang membuat ia sedikit tertarik
pada gadis bermata bulat dihadapannya.
Kyungsoo
menatap pemandangan di depannya. Banyak orang lalu lalang yang bermain diwahana
ini. “Aku juga seorang yeoja, dan aku
mengerti bagaimana perasaan seorang yeoja
saat dipermainkan oleh seorang namja.”
Kyungsoo menambahkan.
“Eonnie, apa kita tidak jadi bermain?”
Inkyung mengerucutkan bibir tipisnya. Kyungsoo mengajaknya bermain tadi, tapi
kenapa tak sampai juga?
Kyungsoo
terhenyak. Ia lupa kalau ia masih bersama Inkyung. “A-Ah, baiklah. Sebentar
lagi.”
Jongin
menoleh kemudian tersenyum pada Inkyung. “Kau mau bermain? Mau bermain bersama oppa? Kita akan bermain di wahana ini.”
Mata
Inkyung berbinar setelahnya. “Benarkah oppa?”
Inkyung tersenyum lebar.
Jongin
tersenyum lagi, kali ini lebih lembut. “Ne.”
Inkyung
turun dari gendongan Kyungsoo kemudian berdiri di hadapan Jongin. “Yeayyy!!! Gomawo oppa~”
Jongin
mengangguk kemudian menggendong Inkyung dipunggungnya.
Kyungsoo
hanya mengikuti kemana Jongin pergi bersama Inkyung. Awalnya Kyungsoo-lah yang
diajak bermain oleh Jongin. Namun setelah Inkyung dibawa oleh Kyungsoo, keadaan
itu berbalik. Dan lihatlah, Jongin seperti seorang ayah yang sedang berbahagia
bersama anaknya.
Dan
itu membuat Kyungsoo tersenyum – senyum sendiri.
::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
Saat
ini Jongin dan Kyungsoo sedang berjalan berdampingan menuju ke pintu keluar.
Mereka sudah lelah bermain. Ah, tidak. Bukan mereka, tapi hanya Jongin dan juga
Inkyung.
“Inkyung-a, kami akan mengantarmu pulang. Eommamu tidak ada disini.” Kyungsoo
berucap sambil tersenyum.
“…..”
Merasa
tidak ditanggapi, Kyungsoo menoleh pada Inkyung yang berada digendongan Jongin.
“Aigoo~ Dia tertidur Jongin.” Kyungsoo
mengusak rambut Inkyung pelan. Ah, kau bukan eommanya Kyungsoo.
Jongin
menolehkan kepalanya ke belakang. “Benarkah?” Jongin menatap Kyungsoo.
Kyungsoo
mengangguk. “Mungkin dia kelelahan setelah kau ajak bermain. Dia sangat senang
bertemu denganmu.” Kyungsoo tersenyum manis sambil menatap Jongin.
“Ya Tuhan, perasaan apa ini?” Jongin membatin dalam hati. Ia
begitu terhanyut oleh senyuman manis Kyungsoo.
Jongin
terkekeh. “Benarkah? Mungkin dia menyukaiku.” Ucapnya dengan percaya diri.
Sementara Kyungsoo hanya memandangnya acuh.
“Inkyung
tidak akan menyukai pria sepertimu.” Kyungsoo tertawa terbahak.
“Tapi
setidaknya aku tampan.”
Kyungsoo
hanya mendengus. Tapi setidaknya jawaban Jongin benar. Kyungsoo juga sependapat
dengannya. Apa? Sependapat? Jadi….
“Eunghh…”
Jongin
dan Kyungsoo sama – sama menoleh pada Inkyung. Gadis kecil itu mencoba untuk
membuka matanya perlahan.
“Inkyung-a?”
“Eonnie, kita akan kemana?” Tanya Inkyung
ketika ia sudah bangun sepenuhnya.
Kyungsoo
tersenyum. “Kita akan pulang, kecil. Kami akan mengantarmu pulang. Mungkin eommamu tidak ada disini.” Kyungsoo
berucap pelan, takut kalau saja Inkyung tiba – tiba menangis.
DAP
DAP
DAP
“Omona!! Inkyung-a!! Kau dari mana saja putriku?! Eomma mencarimu.” Seorang wanita paruh baya tiba – tiba berlari
menghampiri Jongin dan juga Kyungsoo.
“Eomma!”
“Ya
Tuhan, terimakasih anak muda. Kalian sudah menjaga putriku.” Wanita itu
ternyata adalah ibu Inkyung. Cantik, sama seperti Inkyung.
“Ne, ahjumma. Inkyung-a, pulanglah.” Kata Kyungsoo sambil
tersenyum.
Inkyung
turun dari gendongan Jongin, kemudian gadis itu berdiri dihadapan Jongin yang
masih berlutut.
“Oppa, hari aku sangat senang. Oppa, kalau kita bertemu lagi, aku harap
oppa mau mengajakku bermain lagi.”
Inkyung memasang wajah yang sangat imut.
Jongin
tersenyum lembut. “Aku juga senang bertemu denganmu. Oppa akan mengajakmu suatu hari nanti.” Jongin tersenyum lebar.
“Oppa, kau sangat tampan.” Inkyung
tersenyum lebar.
Jongin
terkekeh. “Aku memang tampan.” Jongin melirik Kyungsoo yang menatapnya.
Inkyung
tersenyum manis lagi. “Oppa, apa
Kyungsoo eonnie bukan yeojachingumu?” Inkyung mempoutkan
bibirnya, lucu.
Jongin
terdiam sejenak, kemudian tersenyum. “Untuk apa kau bertanya seperti itu?”
Jujur saja, ia selalu gugup jika sudah menyangkutkan Kyungsoo.
“Kau
dan Kyungsoo eonnie terlihat sangat
cocok. Kau harus jadi namjachingu-nya.” InKyung berkata dengan wajah yang sangat polos.
“Inkyung!
Ayo cepat!” Eomma Inkyung berteriak
memanggil putrinya yang tak kunjung menghampirinya.
Inkyung
tersenyum. “Baiklah, oppa. Aku harus
pulang. Jaga Kyungsoo eonnie.”
CUP
Inkyung
mengecup pipi Jongin, kemudian berlari menuju ibunya.
“Annyeong, Inkyung-a~” Kyungsoo melambaikan tangan mengiringi kepergian Inkyung.
Lain dengan Kyungsoo sibuk melambaikan tangannya pada Inkyung, Jongin malah sedikit menjauh dari tempatnya semula. Kemudian ia
mengeluarkan ponsel berwarna hitam miliknya. Dengan terburu – buru ia mencari
salah satu nama di kontak ponselnya.
Krystal.
Jongin
memencet tombol hijau, kemudian mendekatkan ponsel tipis itu ditelinganya.
“Yeoboseyo, Jongin?”
“Aku
ingin hubungan kita berakhir saat ini juga.”
PIP
:::::::::::::::::END::::::::::::::::::
Annyeong, gimana?
Gaje kan? -_-
Oke deh, Bubble
rasa FF ini sangat payah, dan dibuat dengan maksa banget.
Dan juga, Bubble
rasa FF ini sangat nanggung Ending’nya. Mungkin ada yg minta sequel?
Enjoy Your
Dream^^―Bubbleblack