Thursday, September 19, 2013

We Were In Love || BTS Fanfiction #CHAPTER II - PAPAN TULIS KELAS

Tittle :
We Were In Love
Author :
Mblobyblo (@GenieJin_) and BubbleBlack (@Monkey_Blue1315)
www.blackfirefanfic.wordpress.com
Cast :
Seok Jin Ah (JIN)
Kim Ah Rin
Kim Tae Hyung (Steve Kim)
Kwon Hye Joon
Jeon Jung Kook (Shibata Taketora)
Ryu Hye Kyu
Support cast :
Park Ji Min
Choi Ri Rin
Kim Byul
And the others .. ^^
Main Pairing :
JinKyu (JIN-Hye Kyu), TaeJoon (Tae Hyung-Hye Joon), KookRin (JungKook-Ah Rin)
Genre :
Romance, School-life
Rating :
T
Summary :
All I wanna do is find a way back into love. I can’t make it true without a way back into love~
=KOTAK NYOCOT=
Part ini tetep serius ke Hye Kyu dan si ‘namja berponsel putih’, plus potongan-potongan tambahan untuk chapter depan yang (rencananya) bercerita tentang Ah Rin dan Jung Kook #spoiler! #slap –GenieJin
Oke,
Check this Out!!
~
~
~
::BTSxOC || WE WERE IN LOVE::
©GenieJin & ©Black Shadow



CHAPTER II – PAPAN TULIS KELAS
♥ SUBTITTLE : FIRST MEET 
.
.
.

[Normal POV]
            Sepulangnya Hye Kyu dari sekolah, ia tidak lagi memikirkan tentang acaranya untuk mencekik oppa-nya. Setelah mengganti sepatu sekolahnya dengan sandal rumah, ia segera naik ke lantai dua—tempat kamarnya berada—dan membanting dirinya ke kasur. Tanpa mempedulikan panggilan eomma-nya untuk makan siang terlebih dahulu.
            Dalam genggamannya, masih terdapat kaleng soda kosong dari si ‘namja berponsel putih’—setidaknya begitu Hye Kyu menyebutnya. Ia tersenyum sendiri, mengingat bagaimana cara namja itu tersenyum.
All I wanna do is find a way back into love
I can’t make it through without a way back into love
And if I open my heart again
I guess I’m hoping you’ll be there for me in the end
            Ringtone ponsel Hye Kyu berbunyi. Ia bangkit dan mengaduk-aduk isi tasnya, berusaha menemukan ponselnya yang mungkin terselip diantara beberapa onggok barang tak penting yang dibawanya ke sekolah.
            “Ketemu!” katanya senang dan segera menekan logo telefon berwarna hijau di layar. Oh, ternyata eonnie tertuanya, Ah Rin. Beruntung, suasana hatinya sedang baik sekarang, mungkin ia akan berbagi kebahagiaan dengan Ah Rin.
            Satu jam, setidaknya itu waktu yang cukup lama untuk seseorang berbagi kebahagiaan dengan sahabatnya. Tapi, tidak dengan Hye Kyu. Ia nampak masih kuat dan semangat berceloteh tentang pertemuannya dengan si ‘namja berponsel putih’.
            Aigoo, Hye Kyu-a~ ini sudah satu jam. Sebentar lagi aku akan pergi ke kelas tari. Nanti aku hubungi lagi, ne?” mungkin jika Ah Rin tidak ada kelas menari hari ini, Hye Kyu akan menyedot pulsanya sampai habis tak bersisa.
            “Neeonnie. Besok kita sambung lagi, oke? Annyeong!”
PIP!
            Hye Kyu tersenyum menatap ponselnya sendiri. Hari ini, mood-nya benar-benar dalam suasana yang luar biasa baik. Mungkin setelah ini, dia akan menelfon Hye Joon juga untuk berbagi kebahagiaan.
            “RYU HYE KYU!!! SEGERA TURUN DAN MAKAN!!” dan suara baritone Han Byul yang menggaung meneriakkan dirinya, berhasil membuat mood-nya turun satu level.

∞ WE WERE IN LOVE ∞

            Hye Kyu masuk gerbang sekolah dengan semangat yang berbeda dari kemarin. Jika kemarin dia semangat karena berhasil menginjakkan kaki sebagai murid ‘official’ di Norang High School, maka hari ini, ia semangat karena si ‘namja berponsel putih’.
            Entah kebetulan atau tidak, Jung Kook juga datang bertepatan dengannya. Ia tersenyum, ingin berbagi kebahagiaannya dengan Jung Kook juga—setelah Ah Rin dan Hye Joon. Jung Kook juga temannya, right?
            “Jung Kook-a!” panggil Hye Kyu dengan semangat. Tapi, Jung Kook sama sekali tidak menolehkan kepalanya. Kurang kencang mungkin, pikir Hye Kyu optimis.
            “JUNG KOOK-a!!!” Jung Kook tidak menoleh sekalipun Hye Kyu sudah mengeluarkan semua suaranya, bahkan ada beberapa murid yang mencibir. Hye Kyu mengerucutkan bibir dan mengentak-entakkan kakinya ke tanah, merasa kesal pada teman barunya itu. Ia segera berjalan cepat kearah Jung Kook dan menepuk pundaknya cepat.
            “Apa?” tanya Jung Kook sambil melepaskan headshet-nya. Hye Kyu melongo. Dia sadar kalau ia itu bodoh—menurutnya, tapi ia juga tidak menyangka akan meneriaki orang yang sedang memakai headshet.
            ‘Aku benar-benar bodoh,’ batin Hye Kyu mengenaskan.
            “Ani, aku ingin berbagi kebahagiaan denganmu!” Hye Kyu melupakan sejenak ‘kebodohannya’ dan kembali ke tujuan utamanya, berbagi kebahagiaan.
            “Berceritalah,” kata Jung Kook sambil memasukkan headshet-nya ke kantung celana. Hye Kyu adalah teman yeoja pertamanya. Selama ini, Jung Kook tidak punya teman yeoja yang seperti Hye Kyu.
            “Kemarin saat pulang sekolah, aku kehausan di halte. Saat akan beli minum, bus yang kutunggu sudah hampir dekat. Aku meraung-raung kesal, lalu—” Hye Kyu mengipasi wajahnya yang memanas tiba-tiba. Jung Kook terkekeh, yeoja disampingnya itu lucu jika sedang blushing.
            “—Ada seorang namja yang memberiku sekaleng soda. Aku langsung berterima kasih dan meneguknya sampai habis! Dan kau tahu yang terjadi selanjutnya? Aku berterima kasih lagi, dan dia tersenyum padaku! Aku jatuh cinta pada senyumnya, Jung Kook-a!”
DEG!
            Sesuatu dalam ulu hati Jung Kook terasa seperti dililit kuat dan ditinju sekepal tangan. Membuatnya terasa sesak. Perkataan terakhir Hye Kyu yang membuatnya seperti ini. Wae?, tanyanya dalam hati. Tidak mungkin kan.. dia menyukai Hye Kyu? Tidak. Mungkin.
            Ia berusaha tersenyum, seolah tujuan Hye Kyu berhasil, “Lalu? Kau tidak meminta nomor ponselnya?” Hye Kyu mengerucutkan bibir sambil memukul lengan kokoh Jung Kook dan menggerutu sebal. Jung Kook terkekeh, setidaknya namja yang dimaksud Hye Kyu tidak sedekat dia dan Hye Kyu. Eh? Dekat? Apa-apaan dia ini?!
            “Tidak mungkin! Bahkan kami baru bertemu tidak lebih dari lima menit! Bagaimana bisa aku meminta nomor ponselnya!” omel Hye Kyu sambil mengentak-entakkan kakinya kesal ke tanah. Lagi-lagi, Jung Kook terkekeh dan mengacak rambut Hye Kyu pelan.
DEG
DEG
DEG
            Jantung Hye Kyu berpacu lebih cepat dari biasanya. Perlakuan Jung Kook, penyebabnya. Perlakuannya itu terlalu... manis. Bahkan Han Byul yang notabene adalah oppa-nya tidak pernah berbuat seperti itu padanya. Namja bertubuh tinggi dan berkulit tan itu malah sering-sering menjitak kepalanya.
            Mereka terdiam, saling bergumul dalam pikiran masing-masing. Sementara Hye Kyu memikirkan perlakuan Jung Kook, debar jantungnya, serta si ‘namja berponsel putih’, Jung Kook berpikir, betapa beraninya dia melakukan hal itu pada Hye Kyu. Di hari kedua mereka bertemu.
            Dari pintu gerbang, Ah Rin menatap ‘kemesraan’ Jung Kook dan Hye Kyu dengan pandangan nanar. Walaupun jarak gerbang dan depan gedung hampir 20 meter, kejadian itu nampak bening dan jelas tertangkap matanya. Barulah ia melanjutkan jalannya, setelah Jung Kook dan Hye Kyu menghilang dalam gedung sekolah.

»BANGTAN BOYS«

[HYE KYU’S POV]
            Hari ini akan ada penjelasan tata tertib sekolah dari anggota OSIS. Juga akan ada pengenalan organisasi OSIS beserta profil pengurusnya. Aku, tidak tertarik ikut organisasi itu, sama sekali. Maka dari itu, aku hanya menatap buku catatanku yang masih polos—bersih dari tulisan—dan memainkan pensil mekanik turquoise-ku.
            “Jung Kook-a~”
            “Jung Kook-a~” panggilku kepada Jung Kook setengah berbisik. Seo seonsaengnim, salah satu guru Konseling di sekolah ini, sedang menjelaskan tentang ‘pendidikan karakter bangsa’ (?) didepan kelas. Aku tidak mau memberikan kesan buruk dengan masuk ke ruang BK di hari kedua bersekolahku disini.
            Jung Kook tidak menoleh, tapi melemparkan selembar kertas yang digulung asal dan diberi pemberat berupa pita berwarna hijau muda. Aku terkekeh kecil sambil berpikir, bagaimana bisa namja sepertinya punya pita seperti ini?
            Aku tetap membuka gulungan kertas darinya. Terdapat sebuah rentetan kalimat yang ditulis dengan Hangeul yang rapi.
Jangan mengobrol sekarang, kudengar Seo saem ini matanya sangat jeli!
            Kutatap lagi Seo saem yang ada didepan. Benar saja, kacamata yang berwarna kecokelatan itu tampak memanipulasi pergerakan matanya. Kulihat dia sedang memicing kearah Shin Yoon dan Hana yang sedang mengobrol secara diam-diam.
Mianhae, aku mengantuk karena bosan. Maka dari itu aku ingin mengajakmu mengobrol! :D
            Kuikat kembali gulungan kertas itu dengan rapi. Setelahnya, aku pura-pura melihat Seo saem dan melempar kertas itu ke bangku Jung Kook. Dia menoleh dan menatapku sambil mendengus, lalu menulis sesuatu di kertas itu.
PLUK!
            Dengan semangat tertahan, aku membuka gulungan kertas itu. Beberapa detik aku berkerut kening, namun tak lama, aku membalas pesannya. Kuikat lagi kertas yang sudah mulai lusuh itu dengan asal, dan kulempar lagi kearahnya.
Drrrtt... Drrrtt...
From : +82000xxxxx
Jam berapa kau tidur, hm? Ini masih pagi dan kau sudah mengantuk!
            Sudah jelas pengirimnya, Jeon Jung Kook. Setelah menyimpan nomornya di kontakku, aku segera membalas pesannya dengan hati-hati, sesekali melirik kearah Seo seonsaengnim yang sedang menulis sesuatu di papan tulis kelas.
To : Kkukiie~ ^^
Aku kemarin tidur jam 12 malam. Menonton drama! Apa kau yakin ini aman?
            Aku memasukkan handphone-ku kedalam kantung jas seragamku dengan perasaan berdebar. Bukan bagaimana-bagaimana, tapi perkataan Jung Kook diawal percakapan tidak langsung ini harus membuatku ekstra hati-hati. Aku tidak ingin mendodai catatan sekolahku disini dengan kekonyolanku.
From : Kkukiie~ ^^
Aku tidak bisa menjamin. Lima menit lagi, jam ini usai. Sudah dulu saja~ :)
            Aku menghela nafas lega sekaligus senang mendapati beberapa menit lagi pelajaran ini usai. Kumasukkan lagi handphone-ku kedalam kantung jas dan pura-pura sibuk mencatat apa yang dituliskan Seo seonsaengnim di papan tulis.
TEEET!! TEETT!!
            Aku nyaris berteriak girang karena bel itu berbunyi tak lama kemudian. Mungkin aku akan benar-benar berteriak girang jika tidak ada guru yang mengajar didepan. Untungnya aku masih dalam keadaan sadar, sehingga aku hanya mampu tersenyum senang. Sembari memasukkan catatanku kedalam tas, aku memanggil Jung Kook.
            “Jung Kook-a,” panggilku.
            “Waeyo?” tanyanya sambil membalikkan tubuhnya menghadapku.
            “Ke kantin?” tawarku. Dia menimbang-nimbang sebentar, lalu mengangguk sambil tersenyum. Aku ikut-ikut tersenyum dan bangkit dari bangkuku.
            “Kajja!”

»BANGTAN BOYS«

[Normal POV]
            Eonnie!” panggil Hye Kyu begitu melihat dua eonnie-nya sudah duduk di salah satu bangku kantin. Hye Joon menoleh dan mendapati Hye Kyu berjalan dengan teman namja-nya. Ah, Hye Joon saja sudah lupa namanya.
            Setelah itu, Ah Rin berpindah tempat duduk disamping Hye Joon, sementara Hye Kyu dan Jung Kook duduk bersebelahan.
            “Oh ya, eonniedeul! Ini Jeon Jung Kook, temanku!” kata Hye Kyu memperkenalkan Jung Kook pada eonnie-nya.
            “Aku, Kwon Hye Joon, murid tingkat 2-3. Senang mengenalmu, Jung Kook-ssi!” dengan ke-formalannya, Hye Joon menyapa Jung Kook dan menjabat tangannya. Jung Kook hanya tersenyum canggung. Lalu, pandangannya teralih ke Ah Rin.
            “Annyeong, Kim Ah Rin imnida. Aku satu kelas dengan Hye Joon. Bangapseuimnida, Jung Kook-ssi!” sapa Ah Rin seramah mungkin dan menjabat tangannya.
DEG
DEG
DEG
            Dada Ah Rin lagi-lagi berdesir ketika tangan Jung Kook menjabat tangannya. Tangan itu nampak kecil, tapi sebenarnya besar dan hangat. Lingkungan di sekitarnya mendadak berpendar, menyisakan hanya dirinya dan Jung Kook yang nampak masih memasang senyumnya. Bahkan saat tersenyum, namja itu mirip dengan Min Hyun.
            “Mau sampai kapan kalian salaman, eoh?” suara Hye Joon menghilangkan fiksinya.

»BANGTAN BOYS«

            Sementara menunggu anggota OSIS yang akan membacakan tata tertib sekolah sekaligus memperkenalkan diri mengenai organisasi itu dan profil pengurusnya. Hye Kyu tampak sama sekali tidak berminat dengan acara bodoh itu.
            “Annyeong haseyohoobaedeul~” Hye Kyu mengalihkan pandangannya dari buku tulis polosnya. Tatapannya langsung tertumbuk pada seorang namja dengan rambut hitam-kecokelatan dan kacamata yang membingkai mata bulatnya.
            Dan demi Tuhan, Hye Kyu yakin bahwa namja itu adalah si ‘namja berponsel putih’ yang ditemuinya kemarin. Senyumnya, dia masih hafal—sekalipun senyum yang ditampakannya kemarin jauh lebih keren. Jadi, namja itu satu sekolah dengannya? Anggota OSIS? Oh, sepertinya dia harus menarik kembali ucapannya tentang ‘tidak tertarik’ tadi.
            “Annyeong haseyohoobaedeulJeoneun Seok Jin Ah imnida, kalian bisa memanggilku Jin. Aku dari kelas 3-1, selaku ketua OSIS Norang High School akan membacakan tata tertib sekolah hari ini,” selanjutnya, Jin-sunbaenim itu membacakan tata tertib yang sama sekali tidak digubris Hye Kyu. Ia masih terlalu sibuk memandangi wajah tampan Jin yang bersinar dimatanya. Oh, oh. Dia harus memberitahu Jung Kook tentang hal ini.
To : Kkukiie~ ^^
            Jung Kook-a, Jin sunbaenim itu yang memberiku sekaleng soda kemarin! Ya Tuhan! Akhirnya aku tahu nama dan (setidaknya) di kelas berapa dia berada. Ugh! Aku sangat senang! Mari kita makan ttopokki bersama sepulang sekolah!
            Hye Kyu tersenyum lebar, tanpa takut jika bibirnya akan sobek saking lebarnya. Hari ini, dia bahagia. Ia juga akan men-traktir Ah Rin dan Hye Joon—mungkin dia akan meminjam uang oppa-nya dulu. Intinya, hari ini adalah hari yang perlu dirayakan!
            “Di samping kanan papan tulis ini, saya menempelkan profil pengurus OSIS sekaligus formulirnya. Jika berminat, harap segera mengisi formulir ini dan mengumpulkannya ke ruang OSIS, paling lambat minggu depan, terhitung semenjak hari ini. Sekian, terima kasih,” dengan ditempelnya profil OSIS dan formulir beberapa lembar itu, Jin bersama salah satu kawannya—yang diduga kuat adalah wakil ketua OSIS—meninggalkan kelas Hye Kyu.
            Sementara itu, Jung Kook membaca berulang-ulang SMS dari Hye Kyu. Memastikan bahwa tiap-tiap kata disana adalah benar, bukan berdasarkan khayalan Jung Kook. Dadanya sesak lagi, apalagi ‘saingan’nya adalah seorang ketua OSIS dengan predikat namja ‘baik-baik’ dan ‘populer’. Siapa yang tahan akan pesona Jin?
To : Jungroo, Ryu
Oh, jinjja? Benar-benar suatu kebetulan. Tapi, maaf, aku ada latihan sepulang sekolah. Bagaimana kalau besok saja, ya?
            Bohong. Ia tahu bahwa berbohong itu dosa, tapi setidaknya ia harus melakukannya, untuk kali ini. Bohong jika ia ada latihan nanti sepulang sekolah. Latihan itu sudah kemarin—latihan musik, maksudnya. Ia mungkin... ingin menenangkan diri dari apa yang baru terjadi.

∞ WE WERE IN LOVE ∞

            Ketika bel pulang sekolah berbunyi, Hye Kyu segera merapikan barang-barangnya dan beranjak dari kursi yang didudukinya. Ia menatap bangku Jung Kook yang sudah kosong semenjak tadi, lalu menghela nafas. Pasti tidak akan seru jika tidak ada namja itu, pikir Hye Kyu.
            Ketika sampai di samping kanan papan tulis kelasnya, ia menatap profil pengurus OSIS—terutama bagian teratasnya—dengan pandangan berbinar bahagia. Ketika ia yakin bahwa keadaan kelas aman—dan tersisa beberapa potong tas tanpa pemilik—ia menyentuh profil itu cepat dan memasukkan sesuatu kedalam jas birunya.
            Beberapa murid yang keluar terakhir dari kelas—pemilik beberapa potong tas tadi—melongo mendapati foto sekaligus profil si ketua OSIS sekolah, Jin sunbaenim, sudah raib. Tinggal bekas sobekannya yang tertiup angin. (Kau tahu siapa pelakunya, kan?)

»BANGTAN BOYS«

            “Maaf Jungroo-ya. Aku ada pertemuan klub jurnalistik setelah ini,” kata Ah Rin merasa bersalah karena tidak dapat mengikuti acara, ‘makan-ttopokki-gratis’ yang diadakan Hye Kyu secara mendadak.
            “Ugh! Eonnie  yakin tidak bisa? Hmm~ baiklah! Aku undur besok saja! Lagipula Jung Kook juga tidak bisa datang,” Hye Kyu mengerucutkan bibirnya kesal, sementara Ah Rin hanya mampu meringis.
            “Sudah dulu ya, Jungroo-ya, Hye Joon-a. Aku duluan, annyeong~” Ah Rin buru-buru pamit dan berlari meninggalkan koridor yang mulai sepi. Tersisa Hye Kyu dan Hye Joon yang diam.
            “Kajja, kita pulang!” ujar Hye Joon akhirnya.

»BANGTAN BOYS«

            Rasa sakit di punggung Ah Rin semakin menjadi-jadi. Harusnya dia sudah ada dirumah untuk sekedar tiduran di kamar atau makan siang—atau tepatnya malam. Dan sekarang, dia harus terjebak dalam ruang jurnalistik untuk mengerjakan proyek-proyek dua konteks dari bulletin yang rencananya terbit bulan depan.
            Setelah semua tulisannya selesai, ia memeriksanya ulang. Setelah yakin dengan tulisannya itu—berharap jika keesokan harinya dia tidak disuruh mengulang—ia membawanya ke mesin print dan mencetaknya menjadi beberapa lembar kertas.
            “Akhirnya, selesai juga. Segera pulang~” katanya girang sambil memasukkan semua hasil kerjanya itu kedalam map putihnya dan segera keluar ruang jurnalistik.
            Dalam perjalanannya di koridor, ia sudah berangan-angan tentang bagaimana nyamannya kasur queen size di kamarnya dan rasa nikmat dari sup kimchi buatan eomma-nya. Ugh, memikirkannya saja sudah membuat perutnya berbunyi minta diisi.
            Ketika melewati ruang seni, ia terdiam disana. Indera pendengarannya menangkap lagu yang sedang dimainkan dengan gitar. Begitu lembut, akrab, dan mengajaknya untuk terus mendengarkan.
[Backsong : Bruno Mars – When I Was Your Man]
            Ah, ia ingat! Ini adalah lagu favorit Min Hyun dulu. Ia sering menyanyikan lagu ini saat di klub seni atau event-event besar di sekolah—yang selalu diikutinya. Ah Rin ragu jika yang memainkan lagu itu adalah Min Hyun, karena dia sudah tidak ada disini. Lantas, siapa?
            Ia melangkahkan kakinya, selangkah demi selangkah, dengan pelan. Mendekati pintu ruang musik yang terbuka seperempatnya. Ia bersembunyi dibalik dinding dan menjulurkan kepalanya sedikit, guna mengintip kedalam ruang musik, tepatnya kepada siapa yang memainkan lagu itu.
            Andai saja ia terlalu bodoh, mungkin ia sudah berteriak sekeras mungkin saking kagetnya. Sosok yang duduk diatas kursi dengan gitar hitam itu, ia tahu siapa. Jeon Jung Kook, teman baru Hye Kyu. Ia sangat tahu itu. Tapi kenapa? Kenapa namja itu membuatnya terlempar kembali ke masa lalu dan mengingatkannya tentang Min Hyun?
            Ia tidak tahu.

::TBC::

=KOTAK NYOCOT=
Hoh! Eotte? Apakah sudah memuaskan?
Saya yakin jawabannya adalah, belum. Untuk itu, harap mengisi kolom ‘kritk dan saran’ supaya kedepannya FF ini bisa diperbaiki~ :)
Seperti yang saya katakan di ‘kotak nyocot’ diatas, mungkin chapter depan akan menceritakan tentang Ah Rin-Jung Kook-Min Hyun dan bla bla bla-nya~ :D
Mind to review?

Salam heaven :)) –Mblobyblo

No comments:

Post a Comment