Tittle :
We Were In Love
Author :
Mblobyblo (@GenieJin_) and
BubbleBlack
(@Monkey_Blue1315)
Cast :
Seok Jin Ah (JIN)
Kim Ah Rin
Kim Tae Hyung (Steve Kim)
Kwon Hye Joon
Jeon Jung Kook (Shibata
Taketora)
Ryu Hye Kyu
Main Pairing :
JinKyu (JIN-Hye Kyu), TaeJoon
(Tae Hyung-Hye Joon), KookRin (JungKook-Ah Rin)
Support Cast :
Park Ji Min
Choi Ri Rin
Kim Byul
And find it by yourself!
^^
Genre :
Romance, School-life
Rating :
T
Summary :
“All I wanna do is find a way back into love. I
can’t make it true without a way back into love~”
=KOTAK NYOCOT=
Di part ini mungkin akan konsen dulu ke hari pertamanya Hye
Kyu masuk sekolah dan segala tetek bengeknya (walo acara MOS dihilangkan :D)
–GenieJin
Oke,
Check this Out!!
~
~
~
~
::BTS FIC ft OC || WE WERE IN LOVE::
©GenieJin & ©Black Shadow
«OUR FIRST STRAIGHT FANFICTION«
♥CHAPTER I – SEKALENG SODA♥
♥ SUBTITTLE
: THE FIRST DAY ♥
.
.
.
[Normal POV]
Hari pertama di musim
semi. Sebuah sekolah yang terkenal karena nilai rata-rata akademisnya yang
tinggi, Norang High School, bersiap memulai harinya. Pintu gerbang yang dicat
putih gading mulai dibuka, dan beberapa murid berseragam putih, dengan
celana/rok bermotif kotak-kotak berwarna merah-cream-hitam, dan jas biru navy memasukki Norang high School.
“Eonniedeul, ppaliwa!!”
suara cempreng itu bergaung didepan gerbang Norang High School. Yeoja itu, Ryu
Hye Kyu, tampak semangat melambai-lambaikan tangannya di udara kepada dua orang
yeoja yang masih berjalan beberapa meter didepannya.
Begitu sampai didepan
Hye Kyu, dua yeoja yang dipanggil ‘eonniedeul’
tadi, Kim Ah Rin dan Kwon Hye Joon, langsung berkacak pinggang dan mengoceh.
Memarahi tingkah ‘yeodongsaeng’
mereka yang sempat menjadi bahan pembicaraan beberapa siswa yang baru masuk.
“Ya! Jangan buat malu di hari pertama masuk sekolahmu, eo!” omel Hye Joon dengan sinisnya. Hye
Kyu hanya mengerucutkan bibir sambil mengangguk tak ikhlas. Sementara Ah Rin
hanya menasehati.
“Kau harus hati-hati
dengan sikapmu disini. Norang bukan tempat untuk mencari perhatian! Setiap
tingkahmu diperhatikan disini, magnae-ya,” nasehat Ah Rin. Hye Kyu lagi-lagi
hanya menunduk dan mencibir dalam hati.
‘Kalau Hye Joon-eonnie seperti
Han Byul-oppa, maka Ah Rin-eonnie sudah mirip eomma!’ cibirnya dengan tidak sopan.
“Ya, Ryu Jungroo!
Percepat jalanmu!” teriak Hye Joon sambil lagi-lagi berkacak pinggang. Hye Kyu
yang sadar ia masih berdiri didepan gerbang, segera mengangguk dan menyusul eonniedeul-nya.
∞ WE
WERE IN LOVE ∞
[Hye
Kyu’s POV]
Sementara Ah Rin-eonnie dan Hye Joon-eonnie sudah bersorak sambil high-five
karena mereka satu kelas, aku masih harus berjuang menembus beberapa murid yang
juga ingin melihat di papan pengumuman—dimana daftar kelas ditempel. Huh, aku
jadi menyesal tidak menuruti nasehat eomma
untuk berenang!
“Aduh, susah sekali!”
keluhku sambil mencoba menerobos beberapa murid namja yang lebih tinggi dan
besar dariku. Jinjja! Benar-benar
awal hari yang buruk!
“Hey, ireumi mwoyeyo?” aku menoleh mendapati
ada seseorang yang bertanya. Seorang namja, berkulit putih dan berambut hitam
sedang menatapku. Walaupun bahasa Koreanya sudah benar, tapi logatnya tidak
terlalu jelas.
“Ryu Hye Kyu imnida,” jawabku seadanya. Kupikir dia
adalah salah satu sunbaenim, karena
parasnya yang tinggi-tegap. Ia buru-buru menerobos kerumunan itu dan
menghilang. Aku mundur beberapa langkah dan berpikir. Kenapa namja itu bertanya namaku? Aneh~
“Kau satu kelas
denganku, kelas 1-1. Aku Jeon Jung Kook~” katanya setelah keluar dari
gerombolan itu. Aku mengangguk, dia malah menatap tangannya yang sudah terulur
dan menatapku, bergiliran beberapa kali. Aku baru ‘ngeh’ dengan maksudnya,
langsung menjabat tangannya.
“Bangapseuimnida, Jung Kook-ssi!”
kataku ceria. Yosh! Aku sudah dapat
teman baru, bahkan dihari pertamaku sekolah. Jung Kook memang terlihat dingin,
tapi ternyata dia baik juga. :D
“Gomawo, Jung Kook-ssi.
Eh, chakkaman! Kita ke kelas bersama,
ne? Aku mau ijin eonnie-ku dulu,” dia mengangguk mengiyakan sambil bermain PSP
birunya. Aku buru-buru menghampiri Ah Rin eonnie
dan Hye Joon eonnie.
“Eonnie, aku ke kelas dulu, ne?”
kataku setelah berada didepan Ah Rin eonnie
dan Hye Joon eonnie.
“Ne. Dengan siapa?” aku menunjuk Jung Kook yang sedang sibuk bermain
PSP sebagai jawaban pertanyaan Ah Rin eonnie.
Ah Rin eonnie mengangguk, sementara
Hye Joon eonnie memicing pada Jung
Kook.
“Hati-hati~” begitu
kata Hye Joon eonnie dengan sinisnya.
Aku mengangguk dan berpamitan, pergi kearah Jung Kook lagi.
“Kajja, Jung Kook-ssi!” kataku
senang. Dia menatapku sebentar lalu memasukkan stick game itu kedalam saku
celananya dan berjalan disampingku. Kami terlarut dalam pikiran masing-masing,
terbukti dengan tidak adanya percakapan diantara kami berdua.
“Jung Kook-ssi—”
“Umurmu berapa sih? Kau
kan sekelas denganku, jangan pakai embel-embel ‘–ssi’ itu! Formal sekali,”
potongnya sebal. Aku meringis kecil, mungkin aturan dalam keluargaku yang harus
bersikap formal itu memang sudah menjadi kebiasaan hidupku.
“Umurku enam belas.
Kau?” dia menoleh cepat dan menatapku kaget. Oh, mungkin karena harusnya aku
masih di tingkat tiga JHS.
“Akselerasi?” aku
mengangguk senang, sekaligus bangga. Karena—sebenarnya paksaan—orang tuaku,
saat SMP aku masuk akselerasi di Paran Junior High School.
Lagi-lagi kami terdiam.
Kadang-kadang aku merasa terbebani untuk masuk kelas akselerasi, karena, yah,
menurutku itu menguras masa mudaku. Untungnya kali ini aku tidak dipaksa masuk
akselerasi lagi. Mungkin jika iya, aku bisa botak karena terlalu banyak
belajar. -_-
“Kita sudah sampai,”
ucapan Jung Kook membuatku menghentikan langkah. Aku menatap kesamping kiriku
dan terdapat sebuah kelas dengan palang biru bertuliskan ‘1-1’.
Aku masuk berbarengan
dengan Jung Kook, dan aku seolah terpukau mendapati ruang kelas baruku.
Dindingnya dicat putih bersih, kursi-kursinya dibuat individual berwarna
cokelat—hanya ada sekitar dua puluh meja dan kursi disana—, dua AC menempel di
dinding atas. Papan tulisnya bukan lagi kapur, melainkan spidol.
“Ini kelas unggulan.
Mungkin kau akan terheran-heran karena bentuknya memang ‘lebih’ dari kelas
lain,” jelas Jung Kook (mungkin) setelah melihat ekspresiku. Aku mengangguk
kaku, dan mengambil tempat duduk paling pojok, belakang, dan dekat jendela.
Sementara Jung Kook ada didepanku.
“Jung Kook-a~” panggilku. Dia menoleh dan menatapku
dengan pandangan ‘ada-apa?’. Aku hanya nyengir sambil menggaruk tengkuk-ku.
“Apakah kita akan
memulai pelajaran hari ini?” tanyaku. Dia menggeleng dan bangkit dari duduknya,
lalu duduk diatas mejaku. Apa-apaan dia ini?!
“Dengar, kita mungkin
akan mulai pelajaran besok lusa atau paling cepat besok. Hari ini kita akan
dibagi buku-buku pelajaran dan penjelasan tata tertib, arraseo?” katanya. Aku mengangguk dan berterima kasih, dia hanya
menghela nafas dan kembali ke tempat duduknya. Menyibukkan diri dengan PSP
birunya.
Aku tidak tahu apa yang
akan terjadi, tapi kupikir, itu adalah sesuatu yang baik. ^_^
[Hye Kyu’s POV END]
∞ WE
WERE IN LOVE ∞
[Normal POV]
“Rin-a,
haruskah kita sekelas dengan DIA?!” bisik Hye Joon sambil menekankan kata ‘dia’
dengan nada yang lebih tinggi. Ah Rin hanya mengendikkan bahu, lalu kembali
membaca novelnya. Hye Joon menggerutu kesal karena tidak ditanggapi secara baik
oleh Ah Rin.
Ya, dikelas 2-3 ini,
Hye Joon merasa begitu sial. Bukan karena dia harus sekelas dengan Ah Rin lagi
(setelah sembilan tahun sekelas), tapi karena ada satu orang yang dibencinya.
Orang yang selama setahun belakangan dicibirnya. Kim Tae Hyung alias Steve Kim,
si bad guy sekolah.
‘Aku tidak tahu apakah kesialan bad luck Brian berpindah setengah
kepadaku. Lebih baik Handphone-ku jatuh dari atap daripada harus menghabiskan
satu tahun bersama dia!’ batin Hye Joon sebal, sampai-sampai membawa-bawa
nama Bad Luck Brian1.
Ia berusaha menyibukkan
diri untuk tidak melihat tingkah ‘berlagak’ Tae Hyung dengan pura-pura
menulis—atau tepatnya mencoret-coret—di buku catatannya yang masih kosong.
Wajahnya tertekuk, sementara hatinya terlampau sebal.
Sementara Ah Rin, dia
berusaha untuk mengalihkan perhatiannya dari teman baru Hye Kyu, Jung
Kook—kalau ia tidak salah ingat—. Entah kenapa, dadanya berdesir saat pertama
melihat namja berwajah dingin itu. Sudah berpuluh-puluh kali dia membaca
kalimat yang sama di novelnya, tapi tidak sekalipun kalimat itu ‘nyantol’
diotaknya.
Dalam benaknya, ia
berpikir. Entah dia yang bodoh, atau bagaimana. Tapi mengapa ia merasa bahwa
sosok Min Hyun ada pada diri Jung Kook?
©GenieJin
“Yeoboseyo?” sapa Hye Kyu pada seseorang yang menelfonnya. Siapa
lagi kalau bukan Hye Joon, eonnie-nya
yang overprotektif.
“Hye Kyu-a, kau ada di kelas
berapa? Kami akan kesana, ne?”
tanpa membalas sapaan Hye Kyu, Hye Joon langsung bertanya sekaligus menawarkan.
Hye Kyu mendengus pelan, kebiasaan buruk eonnie-nya
selalu muncul.
“Aku dikelas 1-1. Ne,
terserah eonnie-deul saja!” ujar Hye Kyu sambil mencoret-coret buku hariannya
dengan tanpa minat.
“Arraseo, tunggu kami!”
PIP!
Hye Kyu menghela nafas.
Ia memang senang jika memiliki eonnie,
apalagi dua. Ah Rin dan Hye Joon adalah dua tetangganya di perumahan. Mungkin
jika dihitung, ini adalah tahun kesepuluh atas persahabatan mereka. Semuanya
sudah dilewati bersama, suka dan duka, sakit maupun senang. Hye Kyu berharap,
akan selalu begitu.
Dia beralih menatap
Jung Kook yang kini malah sibuk dengan smartphone-nya.
Namja itu adalah namja pertama yang berbaik hati padanya sewaktu hari pertama masuk
sekolah. Tidak seperti dulu-dulu, teman pertamanya selalu yeoja, bahkan sampai lulus. Dan ia lagi-lagi berharap, ia bisa
berteman baik dengan Jung Kook.
“JUNGROO-YA!!” Hye Kyu buru-buru menutup
telinganya, takut menerima kenyataan untuk tuli mendadak. Suara cempreng
eonnie-nya itu benar-benar nyaris membuatnya tuli, dulu. Semoga tidak terulang,
batinnya.
“Eonnie, berhentilah berteriak! Aku tidak tuli!” protes Hye Kyu
dengan gaya merajuknya yang khas, aegyo. Hye Joon menjitaknya sekeras mungkin,
sementara Ah Rin hanya tersenyum melihat pertengkaran kecil itu. Matanya
menatap ke bangku didepan Hye Kyu, dadanya lagi-lagi berdesir.
“Ya, Ryu JungRoo!
Bagaimana hari pertama sekolahmu?” tanya Ah Rin berusaha mengalihkan perhatian
dari Jung Kook. Ia terus menerus mengingatkan diri sendiri, bahwa ia masih
mencintai Min Hyun, bukan Jung Kook.
“Tidak ada yang
terjadi. Selama dua jam penuh aku hanya mengobrol dengan Jung Kook,
mendengarkan musik, atau lebih-lebih melihat murid-murid lain bermain basket
lewat jendela,” jawab Hye Kyu sebal. Mungkin firasatnya salah kali ini, tidak
ada yang menarik di hari pertama masuk sekolahnya. Setidaknya begitu.
“Kau belum tertarik
pada siapapun di sekolah ini? Maksudku, Norang ini terkenal dengan banyak namja tampan, tidakkah kau berpikir
untuk, yah—mencari pacar?” Ah Rin yang kaget karena ucapan Hye Joon, secara
refleks langsung menjitak kepala Hye Joon karena kata-kata anehnya.
Tapi Hye Kyu
benar-benar memikirkan perkataan Hye Joon. Tertarik? Mencari pacar? Seumur
hidupnya, ia tidak pernah tertarik pada siapapun. Hidupnya sudah dihabiskan
untuk semua bimbingan belajar, latihan, ekskul, dan tumpukan buku-buku. Tidak
ada waktu atau agenda khusus selama ini tentang mencari pacar.
Tatapannya tertumbuk
pada Jung Kook yang sekarang menatap keluar jendela. Ah, namja itu. Hye Kyu mungkin sempat kagum karena namja itu menolongnya untuk melihat daftar kelas sekaligus menjadi
teman pertamanya di sekolah ini. Ia hanya kagum, kan? Tidak mungkin
menyukainya, kan? Eh? Benarkah begitu?
“Aish!! Sudah-sudah! Jangan dengarkan eonnie-mu itu, magnae. Kajja,
kita ke kantin!” ajak Ah Rin sambil menarik Hye Kyu untuk bangkit dari
duduknya. Sementara Hye Joon hanya mengendikkan bahu dan menyusul mereka.
Ah Rin tahu, bahwa
tidak seharusnya ia berani menduga yang aneh-aneh, apalagi terhadap
dongsaeng-nya sendiri. Tapi tatapan Hye Kyu pada Jung Kook tadi membuatnya
merasa... aneh.
Dan
ia hanya mencoba berharap, tidak akan ada hal buruk yang akan terjadi diantara
mereka.
∞ WE
WERE IN LOVE ∞
(Mian dicepetin! :D –GenieJin)
Hye Kyu merutuk sebal
kepada Han Byul–oppa-nya. Karena ulah
aneh oppa-nya itu, dia terpaksa
pulang sendirian ke rumah dengan menggunakan bus. Harusnya tadi oppa-nya menghubunginya lebih awal,
sehingga dia bisa pulang bersama Ah Rin atau Hye Joon.
“Aish! Lihat saja nanti! Akan kucekik dia!” desis Hye Kyu sambil
menatap kebawah jalanan yang dilewatinya. Sesekali ia menendang-nendang kerikil
yang kebetulan ada didepan snickers
jeans dengan paduan tali turquoise
dan sol berwarna putih.
Beberapa meter
kemudian, barulah dia sampai di halte bus terdekat dari sekolahnya. Ini memang
musim semi, tapi matahari bersinar cukup terik. Hye Kyu meraba-raba bagian
samping tas yang tersampir di punggungnya, berharap ia tidak lupa membawa botol
minum Keroro miliknya.
“Aigoo~” Hye Kyu menepuk jidatnya. Lagi-lagi, untuk kesekian
kalinya, ia lupa membawa botol minumnya. Kalau dulu-dulu, dia selalu sadar saat
disekolah dan akhirnya akan membeli di kantin. Salahkan AC kelas yang begitu
sejuk sehingga membuat dirinya lupa akan rasa hausnya!
Oh, oh. Toko di
seberang jalan itu membuat matanya berbinar. Ia bisa menyeberang dan membeli
sebotol air dingin untuk diteguknya. Ia nyengir lebar. Akhirnya, ia bisa
mengakhiri rasa haus yang meraung-raung dikerongkongannya.
WUSSH~
“Yak! Aish!!” dia tiba-tiba
mengacak rambutnya sebal begitu mendapati sebuah bus sedang berjalan kearah
halte tempatnya menunggu sekarang. Sekitar sepuluh meter jaraknya. Kalau dia
tetap pergi ke mini market itu, bisa dipastikan dia akan menunggu lagi selama
setidaknya satu jam untuk bus selanjutnya. Jika tidak, ia harus menunggu selama
sepuluh menit perjalanan ke rumahnya dengan rasa haus di kerongkongannya.
“Ya Tuhan, aku haus!
Tenggorokanku sakit~” keluhnya sambil menggembungkan pipinya—yang memang sudah
chubby. Ia menyalahkan dirinya sendiri karena peruntungannya memang selalu
buruk.
“Ini, minumlah~” ia
mendongak dan mendapati sekaleng soda yang berembun—mungkin baru keluar dari
lemari pendingin—sudah tersaji dihadapannya. Ia meneguk ludah, embun di kaleng
soda itu benar-benar membuat rasa hausnya bertambah satu level.
“Jinjja! Kamsahamnida!!”
Hye Kyu langsung meraup kaleng soda itu dan meminum isinya. Dalam beberapa
teguk, soda itu sudah raib, berpindah ke lambung Hye Kyu.
“Aahh~ mashita,” elunya senang sambil tersenyum
bodoh. Ah, dia nyaris lupa, siapa yang memberinya kaleng soda tadi? Ia menoleh
ke sampingnya, seorang namja yang membawa kaleng soda ber-merek sama dengan
kaleng soda miliknya, sedang sibuk dengan handphone-nya.
Dia menatap namja berambut hitam-kecokelatan itu
lama. Apa yang harus dilakukannya? Berterima kasih dan akan menukarnya esok
hari? Atau berpura-pura bodoh, seolah-olah tidak ada yang terjadi barusan?
“Eumm, kamsahamnida,” kata Hye Kyu kagok. Namja itu mengalihkan pandangannya dari handphone dan menatap langsung ke mata
Hye Kyu. Dia lantas tersenyum dan mengangguk.
“Cheonmaneyo, agasshi~”
balasnya lalu kembali sibuk dengan handphone-nya.
Sementara Hye Kyu masih terpaku. Senyum namja
itu, tatapan matanya, sopan santunnya.. semuanya membuat Hye Kyu terpesona. *o*
TIN~
Suara klakson bus
langsung menyadarkan keterpakuan Hye Kyu. Ia menoleh dan mendapati namja itu tidak beranjak atau
menunjukkan tanda-tanda untuk naik bus. Pupus sudah harapannya untuk berkenalan
lebih jauh dengan namja itu. Ia
membenarkan letak tas punggungnya dan bangkit, memasukki pintu bus. Dengan
langkah gontai, ia memilih duduk dekat jendela. Setidaknya ia dapat melihat
namja itu sebelum bus melaju.
Namja berponsel putih itu mengingatkannya akan pangeran kuda putih
yang ada di dongeng ‘Snow White’. Mungkin pada masa itu, pangeran kuda putihlah
yang ter-keren. Tapi di abad 21 seperti sekarang, mungkin namja berponsel putih
jauh lebih keren di mata Hye Kyu.
Dia menatap kaleng soda pemberian namja
berponsel putih itu. Kaleng yang isinya sudah kosong dan pin-nya sudah raib.
Kaleng soda itu bahkan lebih keren daripada serangkai mawar merah di dongeng
‘Cinderella’, menurut Hye Kyu. Yah, namja itu sudah berhasil mengalihkan pusat
semesta Hye Kyu hanya dalam waktu satu menit, jarak sepuluh meter sebelum ia
berpisah dengannya, dan sekaleng soda sebagai tanda kenangan.
‘Aku
mulai melantur lagi,’ rutuk Hye Kyu dalam hati.
::TBC::
=KOTAK NYOCOT=
Mian chapter ini pendek banget!! u,u
Pengen liat respon readers atas FF ini. Karena
BTS masih baru, mungkin ada beberapa yang belum kenal sama mereka. Bisa search
deh di google, dengan keyword ‘BTS’ atau ‘Bangtan Boys’ .. atau mungkin dengan
nama” cast yang Ryu sama Rin pake diatas .. :)
Oke, last
Mind to review?
Salam heaven :)) –GenieJin
^^
ReplyDeleteDaebak cerita ini ^_^
ReplyDeleteKeep writing ya:-D Fighting!^_^