Tuesday, September 17, 2013

WE WERE IN LOVE || BTS ft OC #CHAPTER I - SEKALENG SODA

Tittle :
We Were In Love
Author :
Mblobyblo (@GenieJin_) and BubbleBlack
(@Monkey_Blue1315)
Cast :
Seok Jin Ah (JIN)
Kim Ah Rin
Kim Tae Hyung (Steve Kim)
Kwon Hye Joon
Jeon Jung Kook (Shibata Taketora)
Ryu Hye Kyu
Main Pairing :
JinKyu (JIN-Hye Kyu), TaeJoon (Tae Hyung-Hye Joon), KookRin (JungKook-Ah Rin)
Support Cast :
Park Ji Min
Choi Ri Rin
Kim Byul
And find it by yourself! ^^
Genre :
Romance, School-life
Rating :
T
Summary :
All I wanna do is find a way back into love. I can’t make it true without a way back into love~
=KOTAK NYOCOT=
Di part ini mungkin akan konsen dulu ke hari pertamanya Hye Kyu masuk sekolah dan segala tetek bengeknya (walo acara MOS dihilangkan :D) –GenieJin
Oke,
Check this Out!!
~
~
~
::BTS FIC ft OC || WE WERE IN LOVE::
©GenieJin & ©Black Shadow
«OUR FIRST STRAIGHT FANFICTION«



CHAPTER I – SEKALENG SODA
SUBTITTLE : THE FIRST DAY
.
.
.
[Normal POV]
            Hari pertama di musim semi. Sebuah sekolah yang terkenal karena nilai rata-rata akademisnya yang tinggi, Norang High School, bersiap memulai harinya. Pintu gerbang yang dicat putih gading mulai dibuka, dan beberapa murid berseragam putih, dengan celana/rok bermotif kotak-kotak berwarna merah-cream-hitam, dan jas biru navy  memasukki Norang high School.
            “Eonniedeul, ppaliwa!!” suara cempreng itu bergaung didepan gerbang Norang High School. Yeoja itu, Ryu Hye Kyu, tampak semangat melambai-lambaikan tangannya di udara kepada dua orang yeoja yang masih berjalan beberapa meter didepannya.
            Begitu sampai didepan Hye Kyu, dua yeoja yang dipanggil ‘eonniedeul’ tadi, Kim Ah Rin dan Kwon Hye Joon, langsung berkacak pinggang dan mengoceh. Memarahi tingkah ‘yeodongsaeng’ mereka yang sempat menjadi bahan pembicaraan beberapa siswa yang baru masuk.
            “Ya! Jangan buat malu di hari pertama masuk sekolahmu, eo!” omel Hye Joon dengan sinisnya. Hye Kyu hanya mengerucutkan bibir sambil mengangguk tak ikhlas. Sementara Ah Rin hanya menasehati.
            “Kau harus hati-hati dengan sikapmu disini. Norang bukan tempat untuk mencari perhatian! Setiap tingkahmu diperhatikan disini, magnae-ya,” nasehat Ah Rin. Hye Kyu lagi-lagi hanya menunduk dan mencibir dalam hati.
            ‘Kalau Hye Joon-eonnie seperti Han Byul-oppa, maka Ah Rin-eonnie sudah mirip eomma!’ cibirnya dengan tidak sopan.
            “Ya, Ryu Jungroo! Percepat jalanmu!” teriak Hye Joon sambil lagi-lagi berkacak pinggang. Hye Kyu yang sadar ia masih berdiri didepan gerbang, segera mengangguk dan menyusul eonniedeul-nya.
∞ WE WERE IN LOVE ∞
 [Hye Kyu’s POV]
            Sementara Ah Rin-eonnie dan Hye Joon-eonnie sudah bersorak sambil high-five karena mereka satu kelas, aku masih harus berjuang menembus beberapa murid yang juga ingin melihat di papan pengumuman—dimana daftar kelas ditempel. Huh, aku jadi menyesal tidak menuruti nasehat eomma untuk berenang!
            “Aduh, susah sekali!” keluhku sambil mencoba menerobos beberapa murid namja yang lebih tinggi dan besar dariku. Jinjja! Benar-benar awal hari yang buruk!
            “Hey, ireumi mwoyeyo?” aku menoleh mendapati ada seseorang yang bertanya. Seorang namja, berkulit putih dan berambut hitam sedang menatapku. Walaupun bahasa Koreanya sudah benar, tapi logatnya tidak terlalu jelas.
            “Ryu Hye Kyu imnida,” jawabku seadanya. Kupikir dia adalah salah satu sunbaenim, karena parasnya yang tinggi-tegap. Ia buru-buru menerobos kerumunan itu dan menghilang. Aku mundur beberapa langkah dan berpikir. Kenapa namja itu bertanya namaku? Aneh~
            “Kau satu kelas denganku, kelas 1-1. Aku Jeon Jung Kook~” katanya setelah keluar dari gerombolan itu. Aku mengangguk, dia malah menatap tangannya yang sudah terulur dan menatapku, bergiliran beberapa kali. Aku baru ‘ngeh’ dengan maksudnya, langsung menjabat tangannya.
            “Bangapseuimnida, Jung Kook-ssi!” kataku ceria. Yosh! Aku sudah dapat teman baru, bahkan dihari pertamaku sekolah. Jung Kook memang terlihat dingin, tapi ternyata dia baik juga. :D
            “Gomawo, Jung Kook-ssi. Eh, chakkaman! Kita ke kelas bersama, ne? Aku mau ijin eonnie-ku dulu,” dia mengangguk mengiyakan sambil bermain PSP birunya. Aku buru-buru menghampiri Ah Rin eonnie dan Hye Joon eonnie.
            “Eonnie, aku ke kelas dulu, ne?” kataku setelah berada didepan Ah Rin eonnie dan Hye Joon eonnie.
            “Ne. Dengan siapa?” aku menunjuk Jung Kook yang sedang sibuk bermain PSP sebagai jawaban pertanyaan Ah Rin eonnie. Ah Rin eonnie mengangguk, sementara Hye Joon eonnie memicing pada Jung Kook.
            “Hati-hati~” begitu kata Hye Joon eonnie dengan sinisnya. Aku mengangguk dan berpamitan, pergi kearah Jung Kook lagi.
            “Kajja, Jung Kook-ssi!” kataku senang. Dia menatapku sebentar lalu memasukkan stick game itu kedalam saku celananya dan berjalan disampingku. Kami terlarut dalam pikiran masing-masing, terbukti dengan tidak adanya percakapan diantara kami berdua.
            “Jung Kook-ssi—”
            “Umurmu berapa sih? Kau kan sekelas denganku, jangan pakai embel-embel ‘–ssi’ itu! Formal sekali,” potongnya sebal. Aku meringis kecil, mungkin aturan dalam keluargaku yang harus bersikap formal itu memang sudah menjadi kebiasaan hidupku.
            “Umurku enam belas. Kau?” dia menoleh cepat dan menatapku kaget. Oh, mungkin karena harusnya aku masih di tingkat tiga JHS.
            “Akselerasi?” aku mengangguk senang, sekaligus bangga. Karena—sebenarnya paksaan—orang tuaku, saat SMP aku masuk akselerasi di Paran Junior High School.
            Lagi-lagi kami terdiam. Kadang-kadang aku merasa terbebani untuk masuk kelas akselerasi, karena, yah, menurutku itu menguras masa mudaku. Untungnya kali ini aku tidak dipaksa masuk akselerasi lagi. Mungkin jika iya, aku bisa botak karena terlalu banyak belajar. -_-
            “Kita sudah sampai,” ucapan Jung Kook membuatku menghentikan langkah. Aku menatap kesamping kiriku dan terdapat sebuah kelas dengan palang biru bertuliskan ‘1-1’.
            Aku masuk berbarengan dengan Jung Kook, dan aku seolah terpukau mendapati ruang kelas baruku. Dindingnya dicat putih bersih, kursi-kursinya dibuat individual berwarna cokelat—hanya ada sekitar dua puluh meja dan kursi disana—, dua AC menempel di dinding atas. Papan tulisnya bukan lagi kapur, melainkan spidol.
            “Ini kelas unggulan. Mungkin kau akan terheran-heran karena bentuknya memang ‘lebih’ dari kelas lain,” jelas Jung Kook (mungkin) setelah melihat ekspresiku. Aku mengangguk kaku, dan mengambil tempat duduk paling pojok, belakang, dan dekat jendela. Sementara Jung Kook ada didepanku.
            “Jung Kook-a~” panggilku. Dia menoleh dan menatapku dengan pandangan ‘ada-apa?’. Aku hanya nyengir sambil menggaruk tengkuk-ku.
            “Apakah kita akan memulai pelajaran hari ini?” tanyaku. Dia menggeleng dan bangkit dari duduknya, lalu duduk diatas mejaku. Apa-apaan dia ini?!
            “Dengar, kita mungkin akan mulai pelajaran besok lusa atau paling cepat besok. Hari ini kita akan dibagi buku-buku pelajaran dan penjelasan tata tertib, arraseo?” katanya. Aku mengangguk dan berterima kasih, dia hanya menghela nafas dan kembali ke tempat duduknya. Menyibukkan diri dengan PSP birunya.
            Aku tidak tahu apa yang akan terjadi, tapi kupikir, itu adalah sesuatu yang baik. ^_^

[Hye Kyu’s POV END]

∞ WE WERE IN LOVE ∞

[Normal POV]
            “Rin-a, haruskah kita sekelas dengan DIA?!” bisik Hye Joon sambil menekankan kata ‘dia’ dengan nada yang lebih tinggi. Ah Rin hanya mengendikkan bahu, lalu kembali membaca novelnya. Hye Joon menggerutu kesal karena tidak ditanggapi secara baik oleh Ah Rin.
            Ya, dikelas 2-3 ini, Hye Joon merasa begitu sial. Bukan karena dia harus sekelas dengan Ah Rin lagi (setelah sembilan tahun sekelas), tapi karena ada satu orang yang dibencinya. Orang yang selama setahun belakangan dicibirnya. Kim Tae Hyung alias Steve Kim, si bad guy sekolah.
            ‘Aku tidak tahu apakah kesialan bad luck Brian berpindah setengah kepadaku. Lebih baik Handphone-ku jatuh dari atap daripada harus menghabiskan satu tahun bersama dia!’ batin Hye Joon sebal, sampai-sampai membawa-bawa nama Bad Luck Brian1.
            Ia berusaha menyibukkan diri untuk tidak melihat tingkah ‘berlagak’ Tae Hyung dengan pura-pura menulis—atau tepatnya mencoret-coret—di buku catatannya yang masih kosong. Wajahnya tertekuk, sementara hatinya terlampau sebal.
            Sementara Ah Rin, dia berusaha untuk mengalihkan perhatiannya dari teman baru Hye Kyu, Jung Kook—kalau ia tidak salah ingat—. Entah kenapa, dadanya berdesir saat pertama melihat namja berwajah dingin itu. Sudah berpuluh-puluh kali dia membaca kalimat yang sama di novelnya, tapi tidak sekalipun kalimat itu ‘nyantol’ diotaknya.
            Dalam benaknya, ia berpikir. Entah dia yang bodoh, atau bagaimana. Tapi mengapa ia merasa bahwa sosok Min Hyun ada pada diri Jung Kook?
           
©GenieJin

            “Yeoboseyo?” sapa Hye Kyu pada seseorang yang menelfonnya. Siapa lagi kalau bukan Hye Joon, eonnie-nya yang overprotektif.
            “Hye Kyu-a, kau ada di kelas berapa? Kami akan kesana, ne?” tanpa membalas sapaan Hye Kyu, Hye Joon langsung bertanya sekaligus menawarkan. Hye Kyu mendengus pelan, kebiasaan buruk eonnie-nya selalu muncul.
            “Aku dikelas 1-1. Ne, terserah eonnie-deul saja!” ujar Hye Kyu sambil mencoret-coret buku hariannya dengan tanpa minat.
            “Arraseo, tunggu kami!
PIP!
            Hye Kyu menghela nafas. Ia memang senang jika memiliki eonnie, apalagi dua. Ah Rin dan Hye Joon adalah dua tetangganya di perumahan. Mungkin jika dihitung, ini adalah tahun kesepuluh atas persahabatan mereka. Semuanya sudah dilewati bersama, suka dan duka, sakit maupun senang. Hye Kyu berharap, akan selalu begitu.
            Dia beralih menatap Jung Kook yang kini malah sibuk dengan smartphone-nya. Namja itu adalah namja pertama yang berbaik hati padanya sewaktu hari pertama masuk sekolah. Tidak seperti dulu-dulu, teman pertamanya selalu yeoja, bahkan sampai lulus. Dan ia lagi-lagi berharap, ia bisa berteman baik dengan Jung Kook.
            “JUNGROO-YA!!” Hye Kyu buru-buru menutup telinganya, takut menerima kenyataan untuk tuli mendadak. Suara cempreng eonnie-nya itu benar-benar nyaris membuatnya tuli, dulu. Semoga tidak terulang, batinnya.
            “Eonnie, berhentilah berteriak! Aku tidak tuli!” protes Hye Kyu dengan gaya merajuknya yang khas, aegyo. Hye Joon menjitaknya sekeras mungkin, sementara Ah Rin hanya tersenyum melihat pertengkaran kecil itu. Matanya menatap ke bangku didepan Hye Kyu, dadanya lagi-lagi berdesir.
            “Ya, Ryu JungRoo! Bagaimana hari pertama sekolahmu?” tanya Ah Rin berusaha mengalihkan perhatian dari Jung Kook. Ia terus menerus mengingatkan diri sendiri, bahwa ia masih mencintai Min Hyun, bukan Jung Kook.
            “Tidak ada yang terjadi. Selama dua jam penuh aku hanya mengobrol dengan Jung Kook, mendengarkan musik, atau lebih-lebih melihat murid-murid lain bermain basket lewat jendela,” jawab Hye Kyu sebal. Mungkin firasatnya salah kali ini, tidak ada yang menarik di hari pertama masuk sekolahnya. Setidaknya begitu.
            “Kau belum tertarik pada siapapun di sekolah ini? Maksudku, Norang ini terkenal dengan banyak namja tampan, tidakkah kau berpikir untuk, yah—mencari pacar?” Ah Rin yang kaget karena ucapan Hye Joon, secara refleks langsung menjitak kepala Hye Joon karena kata-kata anehnya.
            Tapi Hye Kyu benar-benar memikirkan perkataan Hye Joon. Tertarik? Mencari pacar? Seumur hidupnya, ia tidak pernah tertarik pada siapapun. Hidupnya sudah dihabiskan untuk semua bimbingan belajar, latihan, ekskul, dan tumpukan buku-buku. Tidak ada waktu atau agenda khusus selama ini tentang mencari pacar.
            Tatapannya tertumbuk pada Jung Kook yang sekarang menatap keluar jendela. Ah, namja itu. Hye Kyu mungkin sempat kagum karena namja itu menolongnya untuk melihat daftar kelas sekaligus menjadi teman pertamanya di sekolah ini. Ia hanya kagum, kan? Tidak mungkin menyukainya, kan? Eh? Benarkah begitu?
            “Aish!! Sudah-sudah! Jangan dengarkan eonnie-mu itu, magnae. Kajja, kita ke kantin!” ajak Ah Rin sambil menarik Hye Kyu untuk bangkit dari duduknya. Sementara Hye Joon hanya mengendikkan bahu dan menyusul mereka.
            Ah Rin tahu, bahwa tidak seharusnya ia berani menduga yang aneh-aneh, apalagi terhadap dongsaeng-nya sendiri. Tapi tatapan Hye Kyu pada Jung Kook tadi membuatnya merasa... aneh.
            Dan ia hanya mencoba berharap, tidak akan ada hal buruk yang akan terjadi diantara mereka.

∞ WE WERE IN LOVE ∞

(Mian dicepetin! :D –GenieJin)
            Hye Kyu merutuk sebal kepada Han Byul–oppa-nya. Karena ulah aneh oppa-nya itu, dia terpaksa pulang sendirian ke rumah dengan menggunakan bus. Harusnya tadi oppa-nya menghubunginya lebih awal, sehingga dia bisa pulang bersama Ah Rin atau Hye Joon.
            “Aish! Lihat saja nanti! Akan kucekik dia!” desis Hye Kyu sambil menatap kebawah jalanan yang dilewatinya. Sesekali ia menendang-nendang kerikil yang kebetulan ada didepan snickers jeans dengan paduan tali turquoise dan sol berwarna putih.
            Beberapa meter kemudian, barulah dia sampai di halte bus terdekat dari sekolahnya. Ini memang musim semi, tapi matahari bersinar cukup terik. Hye Kyu meraba-raba bagian samping tas yang tersampir di punggungnya, berharap ia tidak lupa membawa botol minum Keroro miliknya.
            “Aigoo~” Hye Kyu menepuk jidatnya. Lagi-lagi, untuk kesekian kalinya, ia lupa membawa botol minumnya. Kalau dulu-dulu, dia selalu sadar saat disekolah dan akhirnya akan membeli di kantin. Salahkan AC kelas yang begitu sejuk sehingga membuat dirinya lupa akan rasa hausnya!
            Oh, oh. Toko di seberang jalan itu membuat matanya berbinar. Ia bisa menyeberang dan membeli sebotol air dingin untuk diteguknya. Ia nyengir lebar. Akhirnya, ia bisa mengakhiri rasa haus yang meraung-raung dikerongkongannya.
WUSSH~
            “Yak! Aish!!” dia tiba-tiba mengacak rambutnya sebal begitu mendapati sebuah bus sedang berjalan kearah halte tempatnya menunggu sekarang. Sekitar sepuluh meter jaraknya. Kalau dia tetap pergi ke mini market itu, bisa dipastikan dia akan menunggu lagi selama setidaknya satu jam untuk bus selanjutnya. Jika tidak, ia harus menunggu selama sepuluh menit perjalanan ke rumahnya dengan rasa haus di kerongkongannya.
            “Ya Tuhan, aku haus! Tenggorokanku sakit~” keluhnya sambil menggembungkan pipinya—yang memang sudah chubby. Ia menyalahkan dirinya sendiri karena peruntungannya memang selalu buruk.
            “Ini, minumlah~” ia mendongak dan mendapati sekaleng soda yang berembun—mungkin baru keluar dari lemari pendingin—sudah tersaji dihadapannya. Ia meneguk ludah, embun di kaleng soda itu benar-benar membuat rasa hausnya bertambah satu level.
            “Jinjja! Kamsahamnida!!” Hye Kyu langsung meraup kaleng soda itu dan meminum isinya. Dalam beberapa teguk, soda itu sudah raib, berpindah ke lambung Hye Kyu.
            “Aahh~ mashita,” elunya senang sambil tersenyum bodoh. Ah, dia nyaris lupa, siapa yang memberinya kaleng soda tadi? Ia menoleh ke sampingnya, seorang namja yang membawa kaleng soda ber-merek sama dengan kaleng soda miliknya, sedang sibuk dengan handphone-nya.
            Dia menatap namja berambut hitam-kecokelatan itu lama. Apa yang harus dilakukannya? Berterima kasih dan akan menukarnya esok hari? Atau berpura-pura bodoh, seolah-olah tidak ada yang terjadi barusan?
            “Eumm, kamsahamnida,” kata Hye Kyu kagok. Namja itu mengalihkan pandangannya dari handphone dan menatap langsung ke mata Hye Kyu. Dia lantas tersenyum dan mengangguk.
            “Cheonmaneyo, agasshi~” balasnya lalu kembali sibuk dengan handphone-nya. Sementara Hye Kyu masih terpaku. Senyum namja itu, tatapan matanya, sopan santunnya.. semuanya membuat Hye Kyu terpesona. *o*
TIN~
            Suara klakson bus langsung menyadarkan keterpakuan Hye Kyu. Ia menoleh dan mendapati namja itu tidak beranjak atau menunjukkan tanda-tanda untuk naik bus. Pupus sudah harapannya untuk berkenalan lebih jauh dengan namja itu. Ia membenarkan letak tas punggungnya dan bangkit, memasukki pintu bus. Dengan langkah gontai, ia memilih duduk dekat jendela. Setidaknya ia dapat melihat namja itu sebelum bus melaju.
            Namja berponsel putih itu mengingatkannya akan pangeran kuda putih yang ada di dongeng ‘Snow White’. Mungkin pada masa itu, pangeran kuda putihlah yang ter-keren. Tapi di abad 21 seperti sekarang, mungkin namja berponsel putih jauh lebih keren di mata Hye Kyu.
Dia menatap kaleng soda pemberian namja berponsel putih itu. Kaleng yang isinya sudah kosong dan pin-nya sudah raib. Kaleng soda itu bahkan lebih keren daripada serangkai mawar merah di dongeng ‘Cinderella’, menurut Hye Kyu. Yah, namja itu sudah berhasil mengalihkan pusat semesta Hye Kyu hanya dalam waktu satu menit, jarak sepuluh meter sebelum ia berpisah dengannya, dan sekaleng soda sebagai tanda kenangan.
Aku mulai melantur lagi,’ rutuk Hye Kyu dalam hati.

::TBC::

=KOTAK NYOCOT=
Mian chapter ini pendek banget!! u,u
Pengen liat respon readers atas FF ini. Karena BTS masih baru, mungkin ada beberapa yang belum kenal sama mereka. Bisa search deh di google, dengan keyword ‘BTS’ atau ‘Bangtan Boys’ .. atau mungkin dengan nama” cast yang Ryu sama Rin pake diatas .. :)
Oke, last
Mind to review?
Salam heaven :)) –GenieJin



           



            

2 comments: